0. Tak tahu dalil dan ngajak orang supaya tak perlu belajar, menurutnya percuma jadi orang pintar sebab orang pintar banyak yang buruk tingkahnya. Akhirnya ia bangga dengan ketidaktahuannya. Ini level orang bodoh.
1. Tak tahu dalil, hanya berusaha mempraktekkan apa yang ia dengar tanpa berani menyalahkan atau membela siapapun. Dia merasa kalau dirinya masih perlu belajar tapi sulit. Kadang dia ikut pendapat yang ketat agar sempurna, kadang juga ikut yang gampang-gampang supaya tidak ribet. Ini level orang awam, orang kebanyakan.
2. Tahu satu dalil yang mendukung praktek ibadah yang ia jalani saja. Yang berbeda praktek ia salahkan sebab tak tahu dalilnya. Ini level mubtadi'in, pelajar pemula.
3. Tahu banyak dalil dan perbandingan mazhab, lalu menghalalkan hampir semua hal dengan menukil qaul yang nyleneh yang jarang orang tahu. Makin nyleneh, makin dia senang sebab akan dikira alim oleh orang awam. Ini level jahil murakkab, orang bodoh yang tak sadar kalau dirinya bodoh. Ini level paling buruk.
4. Tahu banyak dalil dan perbandingan mazhab, tapi ia mampu mentarjih (mengunggulkan) satu pendapat terkuat untuk diajarkan pada masyarakat dan ia praktekkan sendiri. Ia tundukkan hawa nafsunya di depan kebenaran yang ia yakini untuk menuju ridha Allah. Tapi yang berbeda dengan tarjihnya dia anggap sesat. Ini level orang alim yang tertutup pikirannya.
5. Tahu banyak dalil dan perbandingan mazhab, tapi ia mampu mentarjih (mengunggulkan) satu pendapat terkuat untuk diajarkan pada masyarakat dan ia praktekkan sendiri. Sama dengan nomer 4, hanya saja ia bisa memaklumi orang yang berbeda pendapat dengan dia selama perbedaannya bisa ditolerir sebab ia mampu melihat dari berbagai perspektif yang berbeda. Ini level orang alim yang terbuka, level alim yang sesungguhnya.
Berikut ini adalah sebagian nasehat dari mereka yang betul-betul alim ini:
قولي صواب يحتمل الخطأ، وقول المخالف خطأ يحتمل الصواب (الشافعي)
Pendapatku adalah benar tapi mungkin saja salah, sedangkan pendapat orang yang berbeda denganku itu salah tapi mungkin saja benar. (Imam Syafi'i)
ليس كل خلاف جاء معتبرا إلا خلاف له حق من النظر (نقله السيوطي عن أبي الحسن)
Tidak semua perbedaan pendapat bisa dipertimbangkan, hanya perbedaan yang layak dipikirkan secara mendalam saja. (Syaikh Abu al-Hasan dalam kitab An-Nasikh wal Mansukh sebagaimana dinukil oleh Imam Suyuthi dalam al-Ithqan).
ومن أفتى بكل قول أو وجه من غير نظر إلى ترجيح فهو جاهل خارق للإجماع (الحبيب عبد الرحمن باعلوي)
Siapa pun yang berfatwa dengan semua pendapat Imam mazhab atau murid-muridnya tanpa terlebih dahulu dipertimbangkan mana yang kuat, maka berarti ia orang bodoh yang menyempal dari kesepakatan ulama. (Habib Abdurrahman Ba'alawi, ulama besar yang menjadi mufti Yaman, dalam kitabnya: Bughyatul Mustarsyidin)
Mereka yang alim mengetahui macam-macam pendapat dan dapat memilih yang terbaik untuk disampaikan kepada masyarakat tetapi tanpa merasa paling benar sendiri secara mutlak.
Semoga yang baca status ini dianugerahi ilmu tinggi yang bermanfaat. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar