Jumat, 25 April 2025

Asyairah yang tidak sadar kalau aqidah yang mereka yakini selama ini mazhab Asyairah!!!

Dibeberapa negara Islam didunia, awam muslimin mengikuti mazhab ahlussunah baik asy'ariyah, maturidiyah dan fudhala hanabilah tanpa tau bahwa aqidah mereka dalam istilah ilmiyah adalah asy'ariyah, maturidiyah dan fudhala hanabilah(selanjutnya kita tulis asyairah aja karena sering dipakai untui menunhukan madrasah ahlussunnah secara umum), mereka hanya tau bahwa mereka sunny(ahlussunah wal jamaah), adapun hal mendetail seperti penamaan asy'ariyah-maturidiyah untuk ahlussunah wal jamaah. Banyak dari mereka yang awam banget ga tau penamaan ini.


Biasanya baru ketahuan bahwa mereka asyairah saat ada mazhab lain yang menurut mereka berbeda dengan yang mereka yakini atau guru mereka ajarkan, mereka akan menamakan ajaran diluar yang guru mereka ajarkan sebagai wahabi, syiah, liberal, sesat dll, dan mereka menamai ajaran mereka sebagai ahlussunnah wal jamaah, jadi ketahuan dari risihnya mereka pada ajaran yang berbeda dengan guru mereka


Misalnya saat ada orang mengatakan tuhan bisa duduk diatas arasy sebagaimana kita duduk diatas kursi, atau tuhan punya tangan fisikal, mereka langsung mengingkari dengan hati mereka, menganggap itu ajaran aneh, walaupun mereka ga tau cara menjawabnya, dan begitu ada ustad yang menjawabnya maka dia akan mewakilkan pada ustadz tersebut, jadi mereka ahlussunnah wal jamaah yang muqashir, tapi bukan mubtadi'


Coba aja anda sesatkan para imam yang populer dikalangan awam, seperti imam nawawi, imam Ghazali, syeikh abdul qadir jailany, mereka akan ngamuk. Atau yang lebih awam coba sesatkan ulama yang jadi simbol disuatu daerah dan dikenal luas sebagai waliyullah yang dianggap representasi islam mereka, biasanya tokoh yang memasukan mereka islam atau berjasa dalam dakwah, seperti walisongo dijawa, datuk kalampayan dikalimantan, syiah kuala diaceh, dll dimana hampir semua mereka asyairah. Pasti akan membuat mereka marah, dan akan dimusuhi karena anda akan dianggap ajaran sesat. Begitulah keadaan dilapangan


Dan uniknya lagi, sangat banyak dari awam asyairah, malah lebih familiar dengan penisbatan diri mereka pada gerakan dakwah asyariyah dan maturidiyah didaerah mereka daripada menisbatkan diri mereka langsung pada asyairah, hanya awam yang rajin ngaji saja yang sadar ternyata madrasah dakwah yang mereka ikuti dan aqidah yang mereka pelajari pada ustadz-ustadz dalam madrasah dakwah itu ternyata asy'ariyah-maturidiyah, adapun awam yang sangat awam mereka menjadi asyairah tanpa tau mereka asyairah, mereka taunya hanya ikut madrasah dakwah itu


Misalnya dijawa, disana ada madrasah dakwah asy'ariyah-maturidiyah bernama NU, banyak warga NU ga tau bahwa ternyata aqidah yang selama ini mereka pelajari dari ustad NU dan mereka yakini sebagai aqidah mereka ternyata ajaran asyairah, jadi sebagian awam asyairah dijawa lebih sering menyebut diri mereka sebagai pengikut ahlussunnah yang mengikuti ajaran madrasah/organisasi NU. Kalau kami diaceh sering mengatakan ikut tengku Dayah atau Aswaja. Dan begitu juga dengan madrasah dakwah lainnya di indonesia.


Dinegara lain juga sering terjadi. Kalau diasia selatan ada madrasah barlelvi dan deobandi yang maturidi. Kalau di asia tengah mereka menyebut diri mereka hanafi. Kalau di afrika barat mereka mengenalkam diri mereka sebagai ahlussunnah dengan madrasah tijaniyah, isinya ya sama saja, asyariah. Atau yang transnasional seperti jamaah tabligh, banyak yang tidak tau, ternyata aqidah yang diajarkan masyaikh mereka itu adalah asyairah hehe.


Kalau dibeberapa negara arab dan turki mereka mengenalkan diri mereka sebagai ahlussunnah dengan madrasah sufi, yang mengajar didalam madrasah itu isinya ustad dan ulama asyairah. Kalau dimesir mereka menamakan diri mereka sebagai ahlussunnah bermadrasahkan azhary. Dll. Begitulah mayoritas awam umat islam diseluruh dunia, dalam mengidentifikasi keyakinan yang mereka ikuti. Memang penisbatan diri pada nama mazhab itu bukan ushul aqidah, tapi sangat penting diketahui, agar lebih terarah dalam beragama.


Dan kalau diperhatikan ustadz-ustadz yang mengajar dimadrasah itu, atau ulama yang mereka jadikan rujukan dimadrasah itu ya asyairah, hanya saja awam yang jarang ngaji atau pengetahuan islamnya pas-pasan ga tau nama itu, tapi hanya tau nama madrasah yang mengajarkan aqidah itu. Dan itulah gambaran umum umat Islam didunia, ga perlu jauh, keluarga terdekat saya, dan keluarga anda pun banyak yang seperti itu, padahal mereka hafal sifat 20, wujud qidam baqa, dst dan hafal 4 sifat nabi shiddiq amanah tabligh fatanah, tapi mereka ga tau ternyata itu dasar dari aqidah mazhab asyariyah hehe


Satu sisi kita bersyukur bahwa mayoritas umat menisbatkan diri pada madrasah ahlussunnah yang benar, dan menjadi sawadul a'dham dalam umat muhammad saw, tapi disatu sisi kita sedih, ketika disuatu daerah banyak yang tidak menyadari itu, hehe. Itu berarti kebanyakan mereka jarang ngaji dan sangat awam tentang agama mereka, bahkan untuk urusan aqidah, dan itu akan jadi masalah jika keterusan


Itu karena mereka sangat bergantung pada tokoh, jika nanti tokoh itu melenceng sedikit maka melenceng juga mereka, begitu ada sedikit goncangan, dan rujukan mereka ga mampu menjawab atau mereka ga punya akses bertanya pada rujukan, maka dengan mudah mereka terguncang, karena lemahnya kesadaran identitas, jadi mereka beragama mengikuti doktrin dan tradisi saja, walaupun tradisi dari orang yang aqidahnya benar, tapi tetap saja rawan pada goncangan identitas. semoga allah memperbaiki keadaan umat islam


Masih banyak pr yang harus diselesaikan. Dan aku yakin banyak dari yang baca status ini pernah melewati fase bahwa mereka hanya tau kita ahlussunah wal jamaah, tapi ga sadar bahwa ternyata kita asyairah, bahkan jangan heran sampai status ini ditulis banyak dari mereka masih kurang menangkap bahwa aqidah yang mereka ikuti itu ternyata asy'ariyah-maturidiyah, ya masih samar-samar lah, antara iya dan tidak, karena belum terlalu paham, betul kan? Karena begitulah keadaan umat islam hari ini. Tenang aja, belajar pelan-pelan. Yang dulu pernah melewati fase itu atau masih bingung kalau ternyata kita itu asyairah, ayo ngakuuuu!!. Ahhaa. Wallahualam.

Nabi Musa dan Khizir

Yang Salah dan Yang Benar Tentang Nabi Khidir dan Nabi Musa

Nabi Khidir lebih hebat dari Nabi Musa ❌
Nabi Musa jauh lebih hebat dari Nabi Khidir sebab beliau Ulul Azmi. Sedangkan Nabi Khidir bukan hanya non-Ulul Azmi bahkan kenabiannya pun masih diperdebatkan ✅

Nabi Musa diperintah mengikuti ajaran Nabi Khidir ❌
Nabi Musa hanya diperintah membersamai Nabi Khidir untuk melihat perintah Allah yang tidak diterima oleh Nabi Musa ✅ 

Nabi Khidir menjadi gurunya Nabi Musa ❌
Nabi Khidir menjadi kawan perjalanan Nabi Musa yang punya misi berbeda dari Allah ✅

Allah mau menunjukkan bahwa Nabi Khidir lebih alim daripada Nabi Musa ❌ 
Allah mau menunjukkan bahwa Nabi Musa tidak mengetahui semua hal sehingga tidak boleh merasa paling alim. Beberapa hal memang tidak disampaikan oleh Allah kepada Nabi Musa tapi ke hambanya yang lain, yakni Khidir, sehingga kalau bertemu dengannya maka Nabi Musa akan sadar bahwa dia sebagai Rasulullah pilihan yang posisinya tertinggi di masa itu tetap saja tidak mengetahui segala hal ✅

Nabi Khidir punya ajaran lain yang melampaui syari'at/fikih ❌ 
Nabi Khidir tidak membawa ajaran khusus apapun, ia tetap terikat dengan syari'at/fikih yang dibawa Rasul sehingga pada akhirnya dia menjelaskan bahwa seluruh tindakannya sebenarnya sesuai dengan fikih yang dipahami Nabi Musa ✅

Nabi Khidir sudah di level hakikat sedangkan Nabi Musa masih Syariat ❌
Nabi Khidir dan Nabi Musa sama-sama ahli Syariat sekaligus ahli Hakikat dan Ma'rifat. ✅

Nabi Khidir tidak terikat syariat ❌
Semua Nabi, termasuk Nabi Khidir, terikat syariat. Hanya saja beberapa tindakan Nabi Khidir tidak dijelaskan sisi kesesuaiannya dengan syari'at di awal-awal kejadian sehingga muncul salah paham seolah melanggar syariat padahal tidak ✅

Ilmu hakikat Nabi Khidir tidak mungkin dipahami Nabi Musa apalagi orang lain yang masih level Syariat ❌ 
Ilmu hakikat Nabi Khidir justru mudah dipahami semua orang, bahkan oleh orang bodoh sekali pun, ketika alasan tindakannya diceritakan. Semua orang akan paham bahwa merusak sebagian sisi perahu anak yatim adalah tindakan baik untuk menolong mereka ketika tahu bahwa perusakan itu agar perahunya tidak dirampas paksa oleh penguasa yang konsekuensinya anak yatim tersebut kehilangan satu-satunya sumber nafkah. Tindakan Nabi Khidir tersebut sesuai dengan kaidah fikih tentang wajibnya menolak kemudharatan yang lebih besar. Tidak ada bagian yang rumit, misterius dan sulit dipahami dari hakikat ini yang sesungguhnya adalah ajaran syariat (fikih). Hanya saja alasan tersebut tidak diceritakan di awal sehingga sempat menimbulkan salah paham. ✅

Kalau mengikuti jalan Nabi Khidir, maka tidak masalah ketika orang lain tidak paham dan menganggap sesat sebab mereka belum sampai ❌
Kalau mengikuti jalan Nabi Khidir, maka wajib menjelaskan kepada orang lain bahwa tindakannya sebenarnya sesuai syariat, tidak membuat-buat, dan punya pertimbangan syar'i (dalil) yang valid. Nabi Khidir sendiri menjelaskan semua kesesuaian tindakannya dengan syari'at setelah Nabi Musa tidak sabar meminta penjelasan. Jalan Nabi Khidir bukan malah tidak mau menjelaskan "kenyelenehan" sebab memang nyata tidak ada dalilnya, apalagi malah menuduh orang lain tidak sampai lalu sok berlagak hanya dirinya yang sampai sendiri ✅

Boleh ikut ajaran Nabi Khidir tanpa ikut Syariat Nabi Muhammad ❌
Umat terdahulu wajib ikut syariat Nabi Musa, bukan Khidir. Umat sekarang wajib ikut syariat Nabi Muhammad, Bukan Khidir. Nabi Khidir pun sekarang wajib ikut Syariat Nabi Muhammad, begitu pula dengan Nabi Isa nanti ketika turun kembali dan Imam Mahdi ketika muncul nanti, semuanya wajib ikut syariat Nabi Muhammad. Semua Nabi hanya muqaddimah bagi kemunculan Nabi Muhammad, makhluk paling agung. Semua waliyullah setelah Nabi Muhammad menjadi wali sebab mereka mengikuti syariat Nabi Muhammad ✅

Semoga bermanfaat

Ateisme

Mustahil bagi seorang Taimiy membantah ateisme sebab sama-sama penganut materialisme. Dalam paradigma materialisme, yang "terbukti"dan konsisten secara logis adalah ateisme, bukan tajsim.

Ada pun bagi seorang Ahlussunah wal Jamaah (Asy'ariyah-Maturidiyyah) maka itu mudah sebab sejak awal tidak memakai paradigma materialisme yang mendoktrin bahwa yang wujud hanya materi dan sifat-sifat materi. Tuhan dalam hal ini bukan materi sehingga pembuktiannya tidak bisa dilakukan seperti pembuktian keberadaan materi.

Taimiyun karena sadar ketidak mampuannya membuktikan Tuhan yang diyakininya sebagai materi, maka mereka biasanya memakai dogma atau kepercayaan umum. Cara ini lemah sebab ketika ateis mengatakan bahwa itu semua hanya dongeng dan ada populum (salah satu sesat pikir karena hanya berlandaskan pada kepercayaan umum tanpa pembuktian saintifik), maka mereka kelabakan tidak mungkin menjawab.

Satu-satunya jalan pembuktian keberadaan Tuhan hanyalah metode mutakallimin yang berbasis argumen rasional berupa argumen huduts atau argumen imkan. Karena Taimiyun mengharamkan metode ini, maka tidak ada jalan bagi mereka untuk menolak ateisme. Lihat saja.

Generalisasi Berlebih Fisika Kuantum

Tidak satu-dua kali ini saya temukan rekan-rekan yang mengajukan argumen lemahnya bangunan ilmu kalam berdasarkan temuan-temuan dalam bidang fisika kuantum. Seakan-akan ingin mengatakan, "ilmu kalam sudah usang karena fisika kuantum."

Tak jarang, argumen-argumen tersebut juga diiringi dengan pernyataan sebab-akibat yang cukup bombastis. Contoh: meninggalkan konsep akidah tertentu sebab bertentangan dengan sains, untuk kemudian memeluk konsep akidah lain yang ia rasa lebih sesuai dengan sains.

Kemarin saya menjumpai sebuah komentar panjang yang didalamnya terdapat sebuah paragraf dengan nada yang mirip:

"Perkembangan fisika kuantum modern, melalui konsep superposisi, ketidakpastian (Heisenberg), dan non-lokalitas (Bohm), telah mematahkan fondasi logika dan ontologi Aristotelian. Konsep klasik seperti substansi dan aksiden tak lagi memadai menjelaskan realitas fisik, apalagi metafisik. Maka, bila landasan logis kalam masih berpijak pada kategori ontologis kuno itu, ia justru menjadi rentan terhadap kritik saintifik maupun filosofis kontemporer."

Komentar yang sangat keren dan meyakinkan! Apalagi diiringi dengan istilah-istilah khas fisika kuantum. Sayangnya, bila ditelusuri lebih jauh, terdapat beberapa kesalahan fatal.

Kesalahan paling mendasar komentar diatas ialah menggeneralisasi domain ilmu: klaim bahwa temuan fisika kuantum (empiris, sementara ini terbatas pada dunia subatomik) secara otomatis membatalkan validitas ontologi dan logika yang dikembangkan dalam konteks metafisik.

Jamak diketahui bila fisika kuantum beroperasi dalam domain empiris partikular dan model matematis, bukan dalam domain metafisika universal. Apa sulitnya melihat bahwa ontologi Aristotelian membahas struktur dasar keberadaan secara umum (substansi, aksiden, kausalitas), sedangkan teori kuantum membahas fenomena eksperimental secara khusus?

Menyimpulkan bahwa perubahan teori fisika (dari klasik ke modern atau kuantum) menyebabkan batalnya seluruh kerangka metafisika adalah lompatan logika yang tidak sah. 

Ini seperti mengatakan pergeseran teori warna dari sifat bawaan suatu benda (mengikuti kerangka berpikir Aristotelian) menjadi bukan sifat bawaan suatu benda (mengikuti teori pembiasan cahaya oleh Newton), menyebabkan gugurnya estetika seni rupa!

Kesalahan berikutnya ialah kesalahan kategori: menganggap konsep seperti "substansi" dan "aksiden" adalah teori (fisika) klasik, padahal mereka adalah konsep metafisika.

Fisika (mau yang klasik, modern, atau kuantum) tidak pernah dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan seperti "apa itu keberadaan?" atau "apa sifat dasar sesuatu yang ada?"— justru itu adalah tugas metafisika.

Fisika berusaha menjawab "bagaimana", bukan "apa". Ia bergantung pada model, bukan hakikat mutlak. Pun, idealnya, ia diam terhadap makna dan eksistensi.

Karena itu, ilmuwan seperti Heisenberg (iya, nama yang disebut dalam komentar tersebut) menyadari keterbatasan epistemologis eksperimen kuantum dan tidak serta-merta mengklaim telah menggusur seluruh bangunan filsafat klasik.

Maka, menyimpulkan bahwa temuan eksperimental menggugurkan konsep substansi dan aksiden berarti salah memahami fungsi dan domain masing-masing disiplin ilmu!

Kesalahan berikutnya ialah menganggap fisika kuantum pasti menolak determinisme dan kausalitas klasik. Padahal, tidak ada konsensus tunggal di kalangan ilmuwan tentang interpretasi fisika kuantum.

Contoh paling jelas ialah "permusuhan" Interpretasi Kopenhagen (yang bersifat probabilistik) dengan Bohmian Mechanics (yang bersifat deterministik dan realistis). Bahkan, Many Worlds Interpretation pun masih mempertahankan struktur deterministik dalam kerangka multiverse.

Artinya, klaim bahwa “fisika kuantum mematahkan seluruh kausalitas” adalah reduktif dan tidak mewakili kompleksitas diskursus ilmiah aktual!

Terdapat satu lagi paragraf yang mirip dalam komentar yang sama:

"Sebaliknya, argumen kalam seperti huduts atau imkan meskipun tampak rasional, sering kali terbukti tidak efektif dalam menjawab ateisme kontemporer. Argumen-argumen ini masih bergantung pada asumsi kausalitas linier dan keberlakuan kategori universal, yang kini ditantang oleh filsafat bahasa seperti Wittgenstein dan oleh fisika modern yang mengungkap realitas sebagai sesuatu yang lebih kompleks dan tidak terdefinisi secara deterministik."

Lagi-lagi ia menyatakan bahwa fisika modern (meski sebelumnya ia gunakan diksi "kuantum") membatalkan determinisme dan kategori universal begitu saja.

Memang benar adanya bila dikatakan fisika modern/kuantum memperkenalkan probabilitas, ketidakpastian, dan non-lokalitas, tapi tidak berarti meniadakan kausalitas atau kategori universal secara total.

Buktinya, banyak ilmuwan tetap menggunakan kategori universal seperti energi, ruang, waktu, struktur dan tetap mempertahankan prinsip-prinsip kausal dalam skala makro atau bahkan dalam model multiverse.

"What we observe is not nature itself, but nature exposed to our method of questioning."

— Werner Heisenberg, Physics and Philosophy (1958)

Multiverse

 Ada yang bilang kemungkinan adanya multiverse menurut fisika modern membuktikan bahwa ilmu kalam Asy'ariyah salah dan tidak memadai lagi. Hehe... Dia tidak tahu bahwa pembahasan kemungkinan multiverse sudah dilakukan oleh Imam ar-Razi al-Asy'ari sekian abad lalu sebelum semua fisikawan bicara soal itu.

Akidah Asy'ariyah adalah satu-satunya akidah yang akan kompatibel dengan semua fakta saintifik. Kalau ada yang menyangka ada pertentangan, maka ada kalanya ia tidak paham akidah Asy'ariyah atau bahasan yang saintifik itu masih asumsi teoritis yang lemah.

Orang Yang Mati Dengan Keinginan Yang Belum Tercapai

 Saya beberapa kali nonton film dengan tema orang yang arwahnya gentayangan belum naik ke langit sebab mempunyai keinginan yang belum tercapai selama hidup. Tentu saja itu bukan akidah kaum muslimin tapi akidah non-muslim. Saya tidak akan membahas itu tapi ada satu hadis yang berbicara tentang mereka yang mati saat mempunyai keinginan yang belum sempat terlaksana selama hidup, yaitu:


عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ العَاصِي عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ هَلْ تَدْرُونَ أَوَّلَ مَنْ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مِنْ خَلْقِ اللَّهِ قَالُوا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ أَوَّلُ مَنْ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مِنْ خَلْقِ اللَّهِ الْفُقَرَاءُ وَالْمُهَاجِرُونَ الَّذِينَ تُسَدُّ بِهِمْ الثُّغُورُ وَيُتَّقَى بِهِمْ الْمَكَارِهُ وَيَمُوتُ أَحَدُهُمْ وَحَاجَتُهُ فِي صَدْرِهِ لَا يَسْتَطِيعُ لَهَا قَضَاءً فَيَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ لِمَنْ يَشَاءُ مِنْ مَلَائِكَتِهِ ائْتُوهُمْ فَحَيُّوهُمْ فَتَقُولُ الْمَلَائِكَةُ نَحْنُ سُكَّانُ سَمَائِكَ وَخِيرَتُكَ مِنْ خَلْقِكَ أَفَتَأْمُرُنَا أَنْ نَأْتِيَ هَؤُلَاءِ فَنُسَلِّمَ عَلَيْهِمْ قَالَ إِنَّهُمْ كَانُوا عِبَادًا يَعْبُدُونِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَتُسَدُّ بِهِمْ الثُّغُورُ وَيُتَّقَى بِهِمْ الْمَكَارِهُ وَيَمُوتُ أَحَدُهُمْ وَحَاجَتُهُ فِي صَدْرِهِ لَا يَسْتَطِيعُ لَهَا قَضَاءً قَالَ فَتَأْتِيهِمُ الْمَلَائِكَةُ عِنْدَ ذَلِكَ فَيَدْخُلُونَ عَلَيْهِمْ مِنْ كُلِّ بَابٍ { سَلَامٌ عَلَيْكُمْ بِمَا صَبَرْتُمْ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِ }


"dari Abdullah bin Amr bin Ash dari Rasulullah ﷺ, beliau bersabda, "Tahukah kalian diantara makhluk Allah yang paling pertama masuk surga?" Para sahabat menjawab, "Allah dan rasul-Nya yang lebih mengetahui." Beliau bersabda, "Diantara makhluk Allah yang paling pertama kali masuk surga adalah golongan orang-orang fakir dan orang-orang yang berhijrah untuk mengisi tapal-tapal perbatasan antara kaum muslimin dan kafir, yang dengan perantara mereka malapetaka dapat dihindarkan, dan salah seorang di antara mereka wafat sedangkan keinginan yang masih berada di dadanya tidak dapat terlaksana, maka Allah berkata kepada salah satu dari malaikat yang dikehendaki-Nya: 'Datangilah mereka dan ucapkanlah selamat kepada mereka!' Maka malaikat itu berkata, 'Kami adalah para penghuni langit dan semulia-mulianya makhluk-Mu, kenapa Engkau menyuruh kami untuk mendatangi mereka dan memberi salam kepada mereka?' Allah berkata, 'Sesungguhnya mereka adalah para hamba yang beribadah kepada-Ku dan tidak menyekutukan-Ku dengan yang lain, mereka menjaga tapal batas antara kaum muslimin dan orang kafir, dan dengan mereka pula dapat dihindarkan malapetaka, ada salah seorang dari mereka yang mati sedang dalam dadanya masih keinginannya yang tidak bisa ia penuhi.'" Beliau berkata, "Maka para malaikat itupun mendatangi mereka dan masuk dari setiap pintu yang ada (seraya mengucapkan), 'Salamun 'alaikum bima shabartum (Keselamatan atas kalian oleh karena kesabaran kalian).' Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu."


Hadis tersebut bercerita tentang para mujahid yang berjaga di perbatasan, yang melindungi kaum muslimin dari serangan musuh, yang saking sibuknya mereka di sana, di antara mereka ada yang mempunyai keinginan-keinginan pribadi yang belum tercapai selama hidup tetapi mereka wafat dalam menjalankan tugas. Mereka adalah golongan orang-orang yang masuk surga pertama kali. 


Orang-orang yang sibuk mewakafkan dirinya demi membela dan membantu orang lain biasanya punya kepentingan personal yang tidak tercapai sebab kesibukannya. Nanti Allah akan menyediakan surga terindah untuk mereka. Semoga kita bisa seperti itu.

Sihir itu ada

Sihir itu ada, tapi bukan berarti kalau ada orang sakit lantas dibilang sihir
Ain itu ada, tapi bukan berarti kalau ada orang sakit atau kena musibah lantas dibilang ain
Karamah itu ada, tapi bukan berarti kalau ada yang tidak lumrah lantas karamah

Itu semua terjadinya sangat-sangat jarang bahkan langka. Kalau ada yang menganggapnya banyak dan mudah terjadi sekarang ini, maka itu salah satu penyakit mental berupa delusi dan psikosomatik. Biasanya penyakit ini diidap oleh orang yang berpendidikan rendah yang masih hidup dalam dunia serba klenik, perdukunan dan ruqyah. Salah satu efek penyakit ini adalah fobia, ada yang fobia foto sehingga ketakutan memajang foto di tempat umum karena takut sihir atau ain, fobia tampil di muka umum, fobia bersosialisasi, dan sebagainya. Mereka juga gampang menganggap orang yang tidak normal sebagai waliyullah atau menganggap barang tertentu sebagai bertuah atau punya berkah, padahal biasa saja.

Fungsi Utama Suami Dan Istri

Fungsi utama seorang suami adalah memberi nafkah sesuai kemampuannya. Seorang laki-laki dibutuhkan oleh perempuan untuk menjadi suaminya karena kemampuannya menafkahi. Jadi, kalau ada suami yang perilakunya baik, romantis, suka membantu pekerjaan rumah dan seterusnya, tapi tidak mau bekerja mencari nafkah, maka dia cacat dalam fungsi utamanya meskipun di fungsi lainnya baik. Demikian juga suami yang memberi nafkah tapi sambil ngomel-ngomel mengungkit pemberiannya, maka dia cacat sebagai suami. Karena itu secara hukum suami yang tidak menafkahi adalah berdosa kalau disengaja dan dalam keadaan mampu bekerja, sebab ini fungsi utamanya. 


Fungsi utama seorang istri adalah mencukupi kebutuhan seksual suaminya, baik karena bertujuan punya anak atau sekedar kebutuhan biologis. Seorang perempuan dibutuhkan oleh laki-laki untuk menjadi istrinya karena kemampuannya meredam syahwatnya secara halal. Jadi, kalau ada istri yang perilakunya baik, pandai bersolek, pandai memasak dan mengurus rumah tangga, tetapi dia tidak mau diajak berhubungan badan tanpa ada udzur, maka dia cacat dalam fungsi utamanya. Demikian juga seorang istri yang mau memberikan pelayanan ranjang tapi sambil ngomel-ngomel, maka dia juga cacat sebagai istri. Karena itu secara hukum istri yang menolak ajakan suaminya tanpa udzur adalah berdosa, sebab ini fungsi utamanya.


Adapun membantu berbagai urusan, menjadi teman bercerita, menjadi partner kerja, teman mengurus anak dan sebagainya, itu semua bisa dilakukan orang lain tidak harus pasangan yang menikah sehingga bukan fungsi utama dalam pernikahan. Meskipun bukan fungsi utama tapi bukan berarti ini semua tidak penting sebab pernikahan adalah relasi jangka panjang. Hanya saja karena bukan fungsi utama, maka ini semua tidak diancam dengan dosa dalam hukum Islam sehingga tidak ada yang akan masuk neraka hanya karena tidak memasak, tidak menyapu, tidak membantu mengurus anak atau tidak mendengarkan curhatan pasangan. Ini semua adalah relasI yangi murni sosial yang kalau jelek hanya diganjar dengan hukuman sosial, misal diomeli.


Cacat dalam fungsi utama ini adalah penyebab utama perceraian dan perselingkuhan. Seorang suami cenderung diselingkuhi ketika istrinya menemukan lelaki lain yang mau menopang kebutuhan finansialnya dengan lebih baik. Karena itu tak perlu terlalu heran ketika seorang suami yang baik dan penuh perhatian ditinggal istrinya demi lelaki yang lebih kaya. Demikian juga seorang istri cenderung diselingkuhi ketika suaminya menemukan perempuan lain yang mau menjadi partner yang lebih seru di ranjang. Karena itu tak perlu terlalu heran ketika seorang istri yang baik, lebih cantik dan penuh perhatian ditinggal suaminya demi perempuan yang lebih memuaskannya di ranjang.


Semoga bermanfaat

Lebih mudah mengajar di kampus dari sekolah

Kalau mau jujur, sebenarnya mengajar pada tingkatan yang tinggi itu lebih mudah dari mengajar di tingkatan dibawahnya, seperti di perguruan tinggi itu lebih mudah dibandingkan mengajar disekolah.

Mengajar di SMA itu lebih mudah di bandingkan SMP, dan mengajar di SMP itu lebih mudah dari mengajar di SD, dan mengajar di SD itu lebih mudah dari mengajar di TK/ PAUD.

Semakin tinggi Level mengajar itu semakin mudah, Mengajar di kampus itu mudah, asal bisa menguasai materi ya pasti jalan proses pembelajaran nya, karena mengajar orang dewasa itu cukup gampang, peserta didik itu tertib, mereka mudah diatur, nama nya orang sudah dewasa, apalagi untuk level pasca sarjana, maka jika sudah menguasai materi mengajar itu gampang, kita bisa mengarahkan apa yang menjadi tujuan.

Kondisi ini tentu berbeda dengan level di bawahnya, apalagi tingkat SMA, peserta didik pada level ini berada pada masa transisi dari anak-anak menuju dewasa, banyak polah tingkah, guru yang mengajar pada level butuh banyak banyak sabar, kalau tidak sabar, bisa hancur kita.

Begitu juga tingkatan SMP, peserta didik pada level ini belum tahu tujuan belajar untuk apa, tujuan sekolah untuk apa, mereka pikir sekolah tradisi, karena sudah tamat SD ya lanjut SMP dunia mereka itu masih dunia main-main cari teman baru setelah 6 tahun di SD, guru yang ngajar di SMP harus bisa memahami jiwa mereka ini, kalau tidak paham jiwa mereka, maka guru bawaannya akan marah marah tiap hari..

Sabtu, 05 April 2025

Level kealiman seseorang dalam masalah agama. (Alim di sini berarti berilmu).

0. Tak tahu dalil dan ngajak orang supaya tak perlu belajar, menurutnya percuma jadi orang pintar sebab orang pintar banyak yang buruk tingkahnya. Akhirnya ia bangga dengan ketidaktahuannya. Ini level orang bodoh. 


1. Tak tahu dalil, hanya berusaha mempraktekkan apa yang ia dengar tanpa berani menyalahkan atau membela siapapun. Dia merasa kalau dirinya masih perlu belajar tapi sulit. Kadang dia ikut pendapat yang ketat agar sempurna, kadang juga ikut yang gampang-gampang supaya tidak ribet. Ini level orang awam, orang kebanyakan. 


2. Tahu satu dalil yang mendukung praktek ibadah yang ia jalani saja. Yang berbeda praktek ia salahkan sebab tak tahu dalilnya. Ini level mubtadi'in, pelajar pemula. 


3. Tahu banyak dalil dan perbandingan mazhab, lalu menghalalkan hampir semua hal dengan menukil qaul yang nyleneh yang jarang orang tahu. Makin nyleneh, makin dia senang sebab akan dikira alim oleh orang awam. Ini level jahil murakkab, orang bodoh yang tak sadar kalau dirinya bodoh. Ini level paling buruk. 


4. Tahu banyak dalil dan perbandingan mazhab, tapi ia mampu mentarjih (mengunggulkan) satu pendapat terkuat untuk diajarkan pada masyarakat dan ia praktekkan sendiri. Ia tundukkan hawa nafsunya di depan kebenaran yang ia yakini untuk menuju ridha Allah. Tapi yang berbeda dengan tarjihnya dia anggap sesat. Ini level orang alim yang tertutup pikirannya. 


5. Tahu banyak dalil dan perbandingan mazhab, tapi ia mampu mentarjih (mengunggulkan) satu pendapat terkuat untuk diajarkan pada masyarakat dan ia praktekkan sendiri. Sama dengan nomer 4, hanya saja ia bisa memaklumi orang yang berbeda pendapat dengan dia selama perbedaannya bisa ditolerir sebab ia mampu melihat dari berbagai perspektif yang berbeda. Ini level orang alim yang terbuka, level alim yang sesungguhnya. 


Berikut ini adalah sebagian nasehat dari mereka yang betul-betul alim ini:


قولي صواب يحتمل الخطأ، وقول المخالف خطأ يحتمل الصواب (الشافعي) 

Pendapatku adalah benar tapi mungkin saja salah, sedangkan pendapat orang yang berbeda denganku itu salah tapi mungkin saja benar. (Imam Syafi'i) 

ليس كل خلاف جاء معتبرا إلا خلاف له حق من النظر (نقله السيوطي عن أبي الحسن)

Tidak semua perbedaan pendapat bisa dipertimbangkan, hanya perbedaan yang layak dipikirkan secara mendalam saja. (Syaikh Abu al-Hasan dalam kitab An-Nasikh wal Mansukh sebagaimana dinukil oleh Imam Suyuthi dalam al-Ithqan). 

ومن أفتى بكل قول أو وجه من غير نظر إلى ترجيح فهو جاهل خارق للإجماع (الحبيب عبد الرحمن باعلوي)

Siapa pun yang berfatwa dengan semua pendapat Imam mazhab atau murid-muridnya tanpa terlebih dahulu dipertimbangkan mana yang kuat, maka berarti ia orang bodoh yang menyempal dari kesepakatan ulama. (Habib Abdurrahman Ba'alawi, ulama besar yang menjadi mufti Yaman, dalam kitabnya: Bughyatul Mustarsyidin) 

Mereka yang alim mengetahui macam-macam pendapat dan dapat memilih yang terbaik untuk disampaikan kepada masyarakat tetapi tanpa merasa paling benar sendiri secara mutlak. 

Semoga yang baca status ini dianugerahi ilmu tinggi yang bermanfaat. Amin.

Apakah tuhan harus selalu baik?

Beberapa agama di dunia mencoba mendoktrin umatnya bahwa Tuhan pasti selalu berbuat baik dan terbaik, bahwa dia Maha Pengasih, Penyayang, Pemurah, dan seterusnya. Bagi mereka, Tuhan tidak mungkin berbuat tidak baik, kejam, dan seterusnya. Ajaran semacam ini melawan realitas empiris di mana berbagai hal buruk dan kejam terjadi di seluruh dunia setiap harinya. Ada yang terlahir cacat, ada yang seumur hidup berada dalam kemiskinan, ada yang mati kelaparan, ada yang terkena wabah, ada yang tertimpa kecelakaan dan seterusnya.


Karena tidak realistis, ajaran agama yang hanya menjual "kasih Tuhan" saja selalu menjadi bahan bulliyan para ateis. Katanya Tuhan Maha Pengasih, kok hambanya dibiarkan sengsara? Katanya Maha Pengayang, kok hambanya dibuat menderita? Itu Tuhannya bohong atau Tuhannya tidak mampu menghilangkan kesengsaraan dan penderitaan hambanya? Begitulah pertanyaan para ateis di seluruh dunia tentang kesengsaraan duniawi. Belum lagi dalam agama masih diperkenalkan neraka, tempat siksaan abadi yang jelas bukan tempat curahan kasih sayang Tuhan sehingga doktrin "kasih Tuhan" menjadi tidak konsisten. Daerah yang menjadi pusat agama tidak realistis seperti itu selalu menjadi pusat berkembangnya ateisme. 


Dalam tubuh Islam, ada juga aliran yang mendoktrin bahwa Tuhan pasti selalu berbuat yang terbaik. Mereka adalah aliran Muktazilah yang divonis sesat oleh para ulama Aswaja sebab ajaran mereka tidak realistis dan hanya berujung pada munculnya ateisme. Para Mutakallim Ahlussunnah Wal Jamaah menjelaskan bahwa selain tidak realistis, ajaran seperti itu bertentangan dengan syariat yang memberikan berbagai aturan yang menyulitkan seperti harus shalat, puasa dan seterusnya yang akan lebih mudah bagi manusia kalau tidak ada beban aturan semacam itu.


Imam as-Sanusi berkata: 


فالمعتزلةٌ إنَّما يوجبونَ مِنَ الممكنات على الله تعالى فعل الصلاح والأصلح للخلْقِ، والمشاهدة والشرع يقضيان بفساد قولهم في ذلك


"Muktazilah mengharuskan Tuhan berbuat hal yang tidak diharuskan berupa melakukan kebaikan dan hal terbaik bagi makhluk. Realitas empiris dan syariat memastikan kesalahan ucapan mereka dalam hal tersebut" (as-Sanusi, Syarh Umm al-Barahin)


Imam ad-Dasuqi menjelaskan perkataan as-Sanusi tersebut sebagai berikut:


أما قضاء المشاهدة بفساد قولهم : فلوقوع المحن للناس من فقر ومرض ؛ فإن هذه لا مصلحة فيها ، وأما قضاء الشرع بذلك : فلأنه أتى بتكليف العباد ، وهو مشتمل على المشاق والمكاره ، وليس فيه مصلحة بحسب الظاهر


"Adapun kepastian realitas empiris bahwa ucapan mereka salah adalah karena terjadinya musibah bagi manusia berupa kefakiran dan sakit. Dalam hal ini tidak ada kebaikannya. Adapun kepastian syariat tentang kesalahan mereka adalah karena Allah membebani para hambanya dengan aturan yang mengandung kesulitan dan hal yang tidak mengenakkan. yang dalam hal tersebut secala lahiriah tidak ada kebaikannya." (ad-Dasuqi, Hasyiyah ad-Dasuqi 'ala Syarh Umm al-Barahin)


Biasanya mereka akan berapologi bahwa musibah dan beban aturan syariat (taklif) mengandung kebaikan bagi manusia sebab nantinya hal itu akan mendatangkan pahala. Apologi mereka sama seperti ucapan para da'i yang tidak memahami ilmu hakikat bahwa musibah dan aturan agama yang ribet dikesankan sebagai bentuk "kasih sayang Tuhan" bagi manusia. Imam ad-Dasuqi menjawab apologi tersebut:


فإن قالوا : إن المحن والتكليف فيهما مصلحة باعتبار ما يترتب عليهما من الثواب .. قلنا لهم : الله قادر على إيصال الثواب بدون التكليف والمحن


"Apabila mereka berkata bahwa musibah dan beban aturan syariat mempunyai sisi kebaikan dengan memandang bahwa di balik itu ada pahalanya, maka kami, Ulama Aswaja, berkata pada mereka bahwa Allah mampu memberikan pahala tanpa memberikan beban aturan atau pun musibah". (ad-Dasuqi, Hasyiyah ad-Dasuqi 'ala Syarh Umm al-Barahin)


Ajaran Islam yang dipahami oleh Ahlussunnah Wal Jamaah (Asy'ariyah-Maturidiyah) adalah ajaran realistis yang mengagungkan Tuhan secara maksimal di mana Tuhan diyakini punya kehendak bebas (iradah) yang mutlak tanpa bisa diintervensi kondisi apa pun dan tidak bisa diikat oleh aturan apapun. Terserah Tuhan apakah Dia mau memberikan kebaikan atau pun keburukan pada makhluk yang Dia ciptakan sendiri. Terserah makhluknya suka atau pun tidak suka, Tuhan tidak memerlukan persetujuan mereka.


Allah adalah sosok yang melakukan apa pun kehendaknya (فعال لما يريد), bukan sosok yang bisa diatur harus berbuat ini dan itu, termasuk harus berbuat baik dan memberi yang enak-enak pada manusia. Di dunia, Allah menciptakan kebahagiaan dan juga kesengsaraan. Di akhirat, Allah menciptakan surga dan neraka. Siapa yang melaksanakan perintahnya akan diberikan surga dan siapa yang tidak mau taat akan dimasukkan ke neraka. Dua sisi antara harapan mendapat kebaikan abadi (raja') dan kecemasan mendapat murka (khauf) harus selalu ada beriringan dan seimbang. Allah berfirman:


وَاِنَّ رَبَّكَ لَذُوْ مَغْفِرَةٍ لِّلنَّاسِ عَلٰى ظُلْمِهِمْۚ وَاِنَّ رَبَّكَ لَشَدِيْدُ الْعِقَابِ (الرعد: 6)

"Sesungguhnya Tuhanmu mempunyai ampunan bagi manusia atas kezaliman mereka dan sesunggunnya Tuhanmu Maha Berat Siksanya."


فَإِنْ كَذَّبُوكَ فَقُلْ رَبُّكُمْ ذُو رَحْمَةٍ وَاسِعَةٍ وَلايُرَدُّ بَأْسُهُ عَنِ الْقَوْمِ الْمُجْرِمِينَ [الْأَنْعَامِ: 147]

"Apabila mereka menuduhmu berdusta, maka katakan: Tuhan kalian mempunyai kasih sayang yang luas, tapi tidak ada yang dapat menolak murkanya pada mereka yang membangkang"


إِنَّ رَبَّكَ لَسَرِيعُ الْعِقَابِ وَإِنَّهُ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ} [الْأَعْرَافِ:167]

"Sesungguhnya Tuhanmu sangat cepat menyiksa dan sesungguhnya Dia Maha mengampuni dan mengasihi"


نَبِّئْ عِبَادِي أَنِّي أَنَا الْغَفُورُ الرَّحِيمُ وَأَنَّ عَذَابِي هُوَ الْعَذَابُ الألِيمُ [الْحِجْرِ:49، 50]

"Sampaikanlah pada hambaku bahwa Aku Maha Mengampuni dan Mengasihi, dan bahwa siksaku adalah siksa yang sangat menyakitkan"


Dua sisi berupa Tuhan memberi kasih sayang dan surga di satu sisi serta memberi kemurkaan dan neraka di sisi lainnya adalah dua hal yang harus diyakini dalam diri orang beriman. Dari situlah nanti tumbuh keseimbangan antara khauf (ketakutan) dan raja' (harapan). Dengan ketakutan akan siksa, dia mampu bertahan agar tetap berada dalam jalan kebaikan; tidak mencuri meski lapar, tidak berbuat semena-mena meski mampu, tidak membunuh meski benci, tidak hidup bermalas-malasan dan seterusnya. Dengan harapan, dia mampu bertahan menghadapi ujian dan segala penderitaan, tidak putus asa dan tidak sibuk menyalahkan Tuhan.


Sebab itu, menjadi orang beriman artinya menjadi orang yang bermental tangguh. Orang yang bermental krupuk tidak akan mampu merasakan manisnya iman sebab mentalnya terlalu lemah. Ketika mendapat kesusahan hidup atau melihat penderitaan di dunia, orang bermental krupuk akan sibuk menyalahkan Tuhan dan mempertanyakan kasih sayangnya. Banyak dari mereka yang bunuh diri dan banyak pula yang akhirnya tidak percaya pada Tuhan sebab tidak sesuai dengan ekspektasi yang mereka buat sendiri yang seolah-olah bisa mengatur Tuhan harus begini dan begitu.


Sebagian agama malah saking putus asanya dalam melihat realitas dunia yang buruk hingga "menciptakan" sosok saingan Tuhan tapi versi jahat yang menurut mereka memberikan kesengsaraan dan neraka hingga dibayangkanlah ada Tuhan baik dan ada Lucifer sebagai Tuhan jahat; ada Sang Terang dan ada Sang Gelap. Tanpa sadar, keyakinan syirik mereka ini justru menunjukkan bahwa Tuhan mereka lemah dan terbatasi hingga sebagian dari mereka dengan absurd mengakui kelemahan Tuhannya hingga untuk memberikan ampunan masal bagi manusia saja diyakini Tuhannya harus membunuh anaknya sendiri sebagai tebusan.


Sebagian lagi saking lemahnya mental mereka hingga menolak eksistensi neraka. Bagi mereka, tidak mungkin Tuhan yang maha pengasih menciptakan nereka. Tanpa sadar dia ini sedang membuka pintu kesemena-menaan bagi manusia. Kalau tidak ada neraka berarti bebas berbuat apa saja bukan? Kalau tidak ada pertanggung-jawaban, maka tentu manusia tidak perlu bertanggung jawab. Tidak perlu menjadi orang baik sebab menjadi orang jahat pun tidak ada konsekuensinya. Tidak perlu ketertiban hukum sebab tanpa neraka hukum rimba adalah hal natural. 


Dua paragraf di atas adalah keyakinan non-muslim yang jelas salahnya. Adapun keyakinan seorang muslim Ahlussunnah Wal Jamaah, maka Tuhan hanya ada satu, tidak ada saingannya dan kehendaknya mutlak. Bila Tuhan memberikan kebahagiaan di dunia, maka dia bersyukur. Bila Tuhan memberikan kesengsaraan di dunia, maka dia sabar. Untuk akhirat, dia berharap mendapat ridha Tuhan dalam bentuk surga dan dia hidup bertanggung jawab di dunia demi menghindar dari murka Tuhan dalam bentuk neraka. Rasulullah bersabda:


لَوْلَا عفوُ اللَّهِ وتجاوُزه، مَا هَنَّأَ أَحَدًا الْعَيْشَ وَلَوْلَا وَعِيدُهُ وَعِقَابُهُ، لَاتَّكَلَ كُلُّ أَحَدٍ


"Seandainya tidak ada ampunan dan permakluman dari Allah, maka tidak akan ada yang dibiarkan hidup. Seandainya tidak ada ancaman dan siksanya, maka semua orang akan berdiam diri [tanpa berbuat baik]".


Semoga bermanfaat.