Para pemikir dari kalangan Mutakallimin dan Filsuf klasik sampai pada kesimpulan yang sama bahwa Tuhan itu wajibul wujud. Istilah wajibul wujud ini adalah istilah filsafat-kalam, meski sering juga digunakan oleh orang yang antipati terhadap filsafat atau ilmu kalam tanpa disadari bahwa itu adalah produk khas ilmu yang dia tolak. Wajibul wujud berarti keberadaannya dipastikan secara rasional atau dengan kata lain rasio yang lurus tidak mungkin membayangkan adanya kondisi di mana Tuhan tidak ada.
Namun, mari kita lihat argumen first cause ini dan kita uji kritik terhadapnya.
Argumen First Cause berisi:
1) Segala hal yang ada pasti ada sebabnya;
2.)Tidak ada sesuatu pun yang menjadi sebab bagi dirinya sendiri;
3) Tidak mungkin ada rangkaian sebab-akibat yang tanpa akhir;
4) Maka ada satu "sebab pertama'" yang tidak disebabkan;
5) Kalau "sebab pertama" itu dapat didefinisikan sebagai Tuhan;
6) Berarti Tuhan ada
Lalu kita uji kritiknya sebagai berikut:
1. PREMIS 2 DAN 4, KONTRADIKSI
Ya, premis 2 dan 4 betul kontradiksi, tapi itu hanya kalau diasumsikan bahwa apa yang dinafikan di presmis 2 adalah satu jenis dengan apa yang ditetapkan dalam premis 4. Kenyataannya apa yang dinafikan di premis dua tidak sama dengan premis 4 dengan bukti adanya premis 3 yang memastikan ketidaksamaan tersebut.
Yang dinafikan adalah keberadaan sesuatu secara umum yang bisa ada sendiri tanpa ada sebab di luar dirinya yang menyebabkan dia ada. Namun ketika dinalar secara logis, ternyata harus ada satu keberadaan yang pasti ada tanpa disebabkan keberadaan lain dengan bukti kemustahilan adanya rangkaian sebab-akibat tanpa akhir.
Jadi, premis 4 adalah pengecualian dari premis 2. Pengecualian tidaklah dianggap sebagai kontradiksi dalam logika. Pengecualian adalah hal yang wajar. Hasil penalaran tersebut sama dengan perkataan:
"Semua hal ada karena disebabkan oleh hal lain, kecuali eksistensi pertama"
Dengan demikian, kritik di poin 1 ini tidak tepat sebab secara mutlak menganggap pengecualian sebagai kontradisksi.
2. PREMIS 3: DASARNYA APA?_PREMIS INI BIASANYA DIAWALI DARI ASUMSI BAHWA'RANGKAIAN ANGKA' YANG RASANYA TIDAK TERBATAS ITU PASTI ADA BATASNYA,HANYA AKAL TIDAK BISA MENJANGKAU. PADAHAL ADA PERBEDAAN SIGNIFIKAN ANTARA ANGKA DAN PERISTIWA; ANGKA SIFATNYA ABSTRAK DAN IMAJINER, SEMENTARA PERISTIWA ATAU SESUATU SIFATNYA KONGKRIT, DAN SEGALA YANG KONGKRIT PASTI MEMILIKI PENJELASAN TERHADAP SEBABNYA.
Dasar premis 3 yang menyatakan kemustahilan adanya rangkaian sebab-akibat tanpa akhir bukanlah berdasarkan pada asumsi. Bukan pula berdasarkan angka yang wujudnya imajiner-konseptual. Jadi pengkritik salah paham.
Dasar premis 3 adalah fakta bahwa bila diandaikan ada keberadaan rangkaian sebab-akibat tanpa akhir, maka akan selalu menghasilkan kesimpulan "tidak wujud". Contoh:
Bila A hanya bisa ada setelah diciptakan oleh B, lalu B hanya bisa ada setelah diciptakan oleh C, lalu C hanya bisa ada setelah diciptakan oleh D, dan seterusnya tanpa akhir, maka kesimpulan akhirnya pastilah A tidak mungkin wujud sampai kapan pun sebab keberadaannya digantungkan pada keberadaan sesuatu yang sesuatu itu pun tidak ada ujung wujudnya attau dengan kata lain tidak bakalan ada selamanya. Nah, ketika sekarang secara faktual A betul-betul ada, maka artinya tidak ada rangkaian sebab-akibat tanpa akhir. Ini adalah satu-satunya kesimpulan logis.
Karena semesta ini nyata sudah ada, maka pastilah tidak ada rangkaian sebab-akibat yang tidak berujung. Di ujung terakhir pastilah ada sebab pertama yang memulai segalanya sehingga semesta bisa ada seperti sekarang. Andai ada rangkaian sebab-akibat tanpa akhir, maka semesta mustahil ada sekarang ini sebab keberadaannya tergantung pada keberadaan hal lain yang tidak ada ujung wujudnya. Ini dasar logis yang tidak mungkin dibantah.
3. KOMPOSISI ARGUMEN INI TIDAK MEMUNGKIRI ADANYA LEBIH DARI SATU SEBAB. BERARTI ADA LEBIH DARI SATU TUHAN?
Kritik ini mencampur adukkan istilah "sebab" dan istilah "Tuhan", padahal keduanya berbeda. Yang dianggap Tuhan dalam argumen first cause ini hanyalah sebab pertama saja, sesuai namanya, bukan sebab kedua dan seterusnya. Jadi, tidak dapat dismpulkan bahwa masing-masing sebab dianggap Tuhan.
4. KOMPOSISI ARGUMEN INI JUGA TIDAK MEMBAWA IMPLIKASI TUHAN YANG MAHABAIK ATAU MAHA TAHU.
Betul, komposisi ini tidak membawa implikasi tersebut atau implikasi Tuhan Maha Kuasa, Maha Melihat, Maha Mendengar dan seterusnya. Kenapa demikian, sebab memang argumen first cause tidak dimaksudkan untuk membuktikan bahwa Tuhan mempunyai sifat-sifat tersebut tapi hanya dimaksudkan sebagai pembuktian bahwa Tuhan itu ada.
Jadi, pengkritik sama sekali tidak paham fungsi argumen first cause sehingga mengkritiknya sebab tidak menghasilkan kesimpulan yang di luar fungsinya. Untuk mengatakan bahwa Tuhan Maha Tahu dan seterusnya ada argumennya sendiri, bukan argumen First Cause. Membuktikan siapa nama Tuhan juga tidak bisa dicapai dengan argumen first cause ini, butuh argumen lain.
Dengan demikian, seluruh poin kritik pada tangkap layar slide yang dilampirkan ini semuanya lemah. Kritik tersebut tidak dapat meruntuhkan argumen first cause sepenuhnya, meskipun harus diakui bahwa ini bukanlah argumen yang paling kuat. Argumen paling kuat adalah argumen ala Mutakallim yang disebut sebagai argumen huduts al-alam sebagai berikut:
1. Semua alam (selain Allah) mengalami perubahan
2. Segala yang mengalami perubahan pastilah desain (muhdats)
3. Segala desain berarti ada desainernya (muhditsnya)
Atau argumen ala Filsuf yang disebut sebagai argumen imkan sebagai berikut:
1. Secara probabilitas, keberadaan alam adalah setara dengan ketiadaannya
2. Ketika ternyata alam terbukti ada dan bukannya tidak ada, maka pasti ada faktor luar yang membuatnya ada sebab tidak mungkin ada keunggulan dalam dua opsi yang setara tanpa adanya faktor luar yang membuat keunggulan tersebut.
Saya harus mengakhiri tulisan ini agar tidak panjang. Tujuan utamanya sekedar menguji kekuatan kritik terhadap First Cause sebagaimana terlampir. Hasilnya, kritiknya tidak kuat.
والله اعلم بالصواب
Tidak ada komentar:
Posting Komentar