Minggu, 22 Desember 2024

FAKTA YANG NAMPAK DAN KELEMAHAN NYA.




Kalau kita bertanya pada orang yang tidak paham tentang komputer, kenapa ketika kita tekan tombol ctrl+C di keyboard menghasilkan fungsi copy sedangkan ctrl+V menyebabkan fungsi paste, maka kemungkinan dia akan menjawab bahwa  itu adalah bawaan komputer, memang sudah begitu tidak perlu ditanya lagi mengapa. Yang penting kita tahu kalau setiap kali tombol ctrl+C ditekan, maka akan terjadi copy dan tiap kali ctrl+V ditekan akan terjadi paste. Sudah asalnya memang begitu dan yang penting kita tahu itu untuk kebutuhan berkerja.

Meyakini fakta dasar seperti ilustrasi di atas dalam filsafat disebut brute facts atau yang tidak perlu dipertanyakan lebih lanjut. Inti argumen ini hanya untuk menghentikan pembahasan yang mendasar dan filosofis. Tiap ada yang bertanya mengapa, maka jawabannya hanya pokoknya faktanya begitu..

Sedangkan bila anda bertanya pada orang yang mengerti pemrograman komputer, maka anda akan mendapat jawaban bahwa kombinasi tombol itu memang dirancang untuk fungsi tersebut oleh programernya. Andai dulu programernya mengeset fungsi Copy untuk kombinasi ctrl+K misalnya, maka yang mengeluarkan fungsi copy adalah ctrl+K, bukan lagi ctrl+C.

Intinya, itu terserah yang membuat program, bukan sebuah fakta dasar yang pokoknya begitu lalu orang tidak boleh bertanya mengapa. Tentu saja jawaban ini akan memuaskan bagi orang yang betul-betul menggunakan akalnya. Sedangkan jawaban pertama hanya cocok bagi mereka yang tidak kritis.

Hal yang sama berlaku bagi hukum fisika yang berlaku di alam semesta ini,misalnya mengapa benda bermassa besar selalu mempunyai daya gravitasi, mengapa api selalu menghasilkan efek pembakaran, mengapa es selalu menghasilkan efek dingin, dan seterusnya.

Untuk menjawab pertanyaan filosofis ini, para ateis menggunakan argumen brute facts: pokoknya begitu saja, yang penting kita tahu bagaimana cara kerjanya, tidak penting mengapa demikian. Titik.

Sedangkan orang cerdas akan memahami bahwa semua aturan pasti dibuat oleh sosok yang mengaturnya. Semua setting pasti ada yang mensettingnya. Pengatur tersebut tidak lain adalah Tuhan yang punya kehendak bebas untuk mengatur bagaimana alam semesta bekerja. Andai Tuhan mau api menimbulkan efek dingin atau es menimbulkan efek panas, maka itulah yang akan terjadi. Ketika ternyata yang terjadi adalah seperti sekarang maka artinya itulah setting yang ditentukan oleh Tuhan untuk berlaku di dunia ini.

Tentu saja jawaban para teis (orang beragama) di atas adalah satu-satunya jawaban yang memuaskan akal sehat. Dan itulah keyakinan Ahlussunah wal Jamaah (Asy'ariyah-Maturidiyah). 

Intinya adalah: Pertama, Tuhan adalah واجب الوجود ( necessary being) atau dalam bahasa Indonesia adalah sesuatu yang mustahil dibayangkan tidak ada.

Kedua, semua aturan hukum alam semata hanyalah kehendak Tuhan yang diberlakukan hingga batas waktu yang dikehendaki di area yang dikehendaki pula.

Pengikut Ahlussunnah wal Jamaah (Asy'ariyah-Maturidiyah) yakin bahwa Allah sendiri tidak terikat dengan hukum alam buatannya sendiri. Ia bebas membuat hukum alam yang berbeda di surga nanti dimana manusia tidak dapat mati, tubuh warga neraka yang rusak akan selamanya meregenerasi dirinya, hal yang abstrak di dunia ini disana berwujud fisik, dan seterusnya. Keberadaan Tuhan sendiri bisa wujud tanpa arah dan tempat, tidak sama seperti wujud lain yang kita saksikan di dunia ini. 

Ada pun pengikut non-Ahlussunnah, mereka sulit menerima ini sebab pikirannya masih terikat dengan hukum alam yang berlaku di dunia ini yang diasumsikan sebagai brute facts yang tidak perlu dipertanyakan. Pokoknya kalau wujud maka pasti terikat waktu dan ruang, pokoknya kalau wujud maka pasti punya bentuk fisik, pokoknya kalau melakukan sesuatu maka harus bergerak, pokoknya kalau melihat maka harus memakai organ mata, dan seterusnya. Non-Ahlussunnah yang ini dikenal sebagai aliran mujassimah yang sejatinya sama seperti ateis yang argumennya berpijak pada logika dasar (brute facts).

و الله اعلم بالصواب

Tidak ada komentar:

Posting Komentar