Minggu, 20 Februari 2022

TENTANG MASALAH TINDIK ANAK

 


Sering kali mendapat pertanyaan "pakon hana pakek subang sinyak tgk?? sulit menduga arah pertanyaan, apa krn harga emas mahal, hehehe,,atau dia tidak feminim klo tidak ada perhiasan..sulit juga diterima orang klo jawaban pakek dalil segala, maka jawaban saya selalu diplomatis "biarlah ketika besar dia yg memutuskannya sendiri"


فَائِدَةٌ) قَالَ فِي اْلإِحْيَاءِ لاَ أَدْرِيْ رُخْصَةً فِي تَثْقِيْبِ أُذُنِ الصَّبِيَّةِ ِلأَجْلِ تَعْلِيْقِ حُلِيِّ الذَّهَبِ أَيْ أَوْ نَحْوِهِ فِيْهَا، فَإِنَّ ذَلِكَ جُرْحٌ مُؤْلِمٌ، وَمِثْلُهُ مُوْجِبٌ لِلْقِصَاصِ، فَلاَ يَجُوْزُ إلاَّ لِحَاجَةٍ مُهِمَّةٍ كَالْفَصْدِ وَالْحِجَامَةِ وَالْخِتَانِ. وَالتَّزَيُّنُ بِالْحُلِيِّ غَيْرُ مُهِمٍّ، فَهَذَا وَإِنْ كَانَ مُعْتَادًا فَهُوَ حَرَامٌ، وَالْمَنْعُ مِنْهُ وَاجِبٌ

( Mughni muhtaj, juz 4 hal 296)11q


Faidah: Berkata Imam Ghazali dalam kitab Ihya, Aku belum tahu tentang keringanan hukum  melubangi kuping anak wanita kecil untuk menggantungkan perhiasan emas.

Sesungguhnya demikian itu adalah melukai yang sangat menyakiti. Dan seperti itu bisa diwajibkan qishas. Maka tidak boleh dilakukan kecuali untuk hajat yang sangat penting, seperti untuk pengobatan bekam atau khitan. Dan berhias dengan emas itu bukan hal penting, maka hal ini walaupun telah menjadi adat, hukumnya haram dan mencegahnya hukumnya wajib..


Sabtu, 29 Januari 2022

DARUL FALAH

Kami atas nama Pimpinan, pengurus, dan Dewan guru Balai Pengajian Darul Falah Gampong Matangkeh Pirak Timu, Kecamatan Pirak Timu Aceh Utara mengucapkan terimakasih kepada Waled Landeng, Pak Ismunazar, Tgk Rifki, Vicky maldini, dan seluruh rombongan mewakili PWNU ACEH, PERGUNU ACEH, DAN LAZISNU ACEH, yang sudah mengunjungi tempat Balai Pengajian kami yg juga terimbas banjir beberapa hari lalu sekaligus untuk menyerahkan bantuan berupa tikar, sapu, timba, dll, untuk digunakan bagi kepentingan Balai Pengajian..

Balai Pengajian Darul Falah ini didirikan oleh orang tua kami pada tahun 1978, yg berarti sudah memasuki usia 44 tahun.

Semenjak didirikan tahun 1978 sampai sekarang ini status tempat ini Balai Pengajian, bukan Dayah,  mengingat untuk Dayah sudah ada di gampong Rayeuk Pange yaitu Dayah Abu Matangkeh yang juga merupakan tempat orang tua kami mengabdi dulu setelah pulang belajar dari Dayah Darussalam Labuhan Haji tahun 1968.

Kegiatan pengajian disini tidak pernah terputus meskipun jumlah santri yg belajar mengalami pasang surut.
Santri nya berasal dari gampong sekitar seperti Leupe, Krueng Pirak dan Rayeuk Pange.

Dulu sebelum ada listrik diera tahun 1991 kebawah ( masuk listrik 1991), kegiatan pengajian hanya menggunakan lampu minyak tanah yang terbuat dari botol bekas obat atau kaca limun, satu lampu hanya mampu menerangi 4-6 orang santri dgn cara duduk merapat ke lampu, karena lampu minyak tanah mengeluarkan asap hitam maka ketika kita memasukkan jari tangan ke hidung pasti jari tangan jadi hitam akibat asap.

Alhamdulillah tahun 1992 kami sudah pasang listrik sehingga kami benar2 merasakan sebuah kenikmatan seolah-olah dunia berubah dgn ada listrik 😆😆

Kegiatan pengajian dipimpin sendiri oleh orang tua kami dan juga kami sendiri dan tenaga bantu beberapa dewan guru lainnya dari Dayah Babussalam matangkuli dan pemuda gampong alumni santri.

Dengan fasilitas balai belajar dan mushalla untuk shalat jamaah terbuat dari bambu dan kayu serta apa adanya yg berasal dari bantuan padi dan swadaya dari wali santri serta masyarakat, berlansung lah kegiatan pengajian dari dulu sampai sekarang.

Dengan jumlah santri  mencapai 120 orang, sedangkan balai tempat belajar cuma ada 5 unit, maka terpaksalah belajar di ruang tamu dan teras rumah.

Alhamdulillah tahun 2019 dapat membangun mushalla ukuran 6x7 berkat bantuan dana aspirasi DPRA dari Pak Sulaiman Abda, walaupun hanya cukup menampung santri putra, tapi sudah nyaman untuk kegiatan shalat jamaah dan belajar.

Dan alhamdulilah juga tahun 2020 mendapat sumbangan material bangunan meunasah dari masyarakat Krueng Pirak, sehingga dgn adanya bangunan bekas meunasah ini digunakan untuk mushalla santri putri, dan disulap jadi 2 tempat belajar sehingga kekurangan ruang belajar bisa teratasi.

Sekali lagi terimakasih kepada guru2 kami di PWNU Aceh, PERGUNU Aceh, LAZISNU Aceh, serta para donatur yg telah menyumbang bantuan untuk tempat Balai Pengajian kami, doa kami semoga Allah membalas segala amal kebaikan guru2 dan saudara2 kami...
Amiinn

Matangkeh, 16 Januari 2022.

Minggu, 26 Desember 2021

MENGETAHUI SEBAB ITU PENTING UNTUK MEMAHAMI HUKUM.


Untuk memahami sebuah persoalan hukum, tentu para santri wajib mengetahui sebab duduk persoalan nya, tanpa mengetahui duduk masalah pasti para santri tak bisa menjawab persoalan hukum, dalam ketentuan hukum hukum taklifi dalam agama, ada juga hukum wadh'i yg melatarbelakanginya, diantaranya yaitu " sabab". apa itu sabab?

Imam Zakaria Anshari dalam kitab nya ghayah wushul halaman 16 memberikan definisi sabab yaitu:

 وَالسَّبَبُ  وَصْفٌ ظَاهِرٌ مُنْضَبِطٌ مُعَرِّفٌ لِلْحُكْمِ

Sebab adalah washaf dhahir (sifat yang jelas) mundhabit ( terukur) dan memberitahu sebuah hukum.

Dari definisi beliau diatas bisa sedikit kita ambil pemahaman yaitu:

1. Washaf dhahir ( sifat yang jelas) ini hendaklah sesuatu yg mampu ditangkap baik oleh indera maupun akal pikiran. Artinya dapat diterima secara logis, misalnya sifat "memabukkan"yang dapat kita ketahui dengan jelas pada 

khamar atau minuman memabukkan lainnya.

Karena inilah, sifat yang tidak dhahir alias tersembunyi tidak dapat dijadikan sebagai sebab, seperti ‘uluq ( darah bakal bayi) tidak bisa dijadikan penyebab ‘iddah. ‘Uluq seorang wanita bukan suatu yang dhahir, karena mengetahui ada ‘uluq seorang wanita tidak dapat diketahui secara mudah oleh semua orang. Oleh karena itu, yang menjadi sebab ‘iddah adalah haruslah sesuatu yang dhahir, yaitu adanya thalaq.Dengan demikian, kapan ada thalaq, waktu itu ada ‘iddah, meskipun tidak ada ‘uluq.

2. Mundhabit ( terukur/akurat)

Artinya bahwa sebab itu adalah suatu sifat / keadaan yg terukur dan akurat.

Maksudnya, sifat mundhabit itu ada dan terukur pada setiap kasus, seperti perjalanan dengan jarak 16 farsakh merupakan sebab qashar shalat dan boleh berbuka puasa. Jadi kesukaran bukanlah menjadi sebab qashar shalat dan buka puasa, karena kesukaran kadang-kadang ada pada satu kasus, tetapi tidak wujud dalam kasus yang lain, seperti perjalanan dengan menggunakan pesawat pasti kita tidak mengalami kesukaran dalam perjalanan.

maka kita tidak bisa menjadikan masyaqqah 

(kesulitan) sebagai sebab atas bolehnya berbuka bagi 

musafir pada bulan Ramadhan, dikarenakan 

masyaqqah merupakan perkara yang tidak dapat diukur dan

dipastikan  antara satu dengan yang lainnya diantara musafir. 

Akan tetapi sebab boleh qashar shalat dan berbuka puasa bagi musafir 

pada bulan Ramadhan adalah safar itu sendiri.

3. Muarrifun lil hukmi

Sebab itu adalah suatu sifat yang memperkenalkan hukum atau sebab merupakan tanda yang dapat kita ketahui hukum dengan sebabnya. karena kalau sebab ini tidak ada maka kita tidak bisa mengetahui akan adanya hukum.

seperti yg disebutkan dalam qaidah:

الحكم يدور مع العلة وجودا وعدما

Artinya: hukum itu bergantung pada keberadaan illah (sebab). Ada illah ada hukum, tak ada illah tak ada hukum..

و الله اعلم بالصواب

Minggu, 12 Desember 2021

NASEHAT KEPADA ORANG TUA YANG MENINGGAL ANAKNYA


Oleh: Tgk Dailami, M.Pd

Ayah bunda yang dimuliakan Allah Swt.
Hidup kita di dunia ini tidak lepas dari keadaan suka dan duka. Sebagai mukmin kita tahu bahwa suka dan duka adalah datangnya dari Allah Swt. Oleh karena itu ketika suka, kita harus banyak bersyukur kepada Allah Swt.
Dan ketika duka kita juga harus banyak bersabar, karena hakikatnya cobaan atau ujian yang sedang kita hadapi adalah peluang untuk kita mencapai derajat yang lebih tinggi.

Diantara cobaan yang paling berat dirasakan oleh orang tua adalah ketika orang tua diuji dengan meninggalnya sang anak, yang merupakan buah hati yang sangat di sayangi nya.

Ayah dan bunda ketahuilah bahwa Rasulullah juga diuji demikian berat dengan meninggalnya ketiga putera beliau di saat masih kecil, Bahkan 3 dari 4 puteri beliau juga meninggal semasa beliau masih hidup. Kecuali Fathimah yang meninggal  6 bulan setelah wafatnya Rasulullah Saw.

Sering kita mendengar kabar wafatnya seorang anak atau bayi, baik di rumah sakit maupun saat dalam pengasuhan dan pelukan orang tuanya. Penyebab meninggal pun bermacam-macam, di antaranya disebabkan sakit, meninggal mendadak karena kecelakaan, atau juga bisa terjadi akibat adanya masalah sejak dalam kandungan ataupun saat proses dilahirkan.
Kita menyakini, kematian, apa pun penyebabnya, merupakan takdir dari Allah SWT. Namun, bagi orang tua mana pun, kehilangan buah hati bukanlah hal yang mudah.

Banyak orang tua yang tidak mampu untuk menerima takdir kematian buah hatinya dan larut dalam kesedihan yang berkepanjangan. Terbayang, bayi mungil itu harus dilepaskan dari pelukan kasih sayang nya, dan kemudian harus dikuburkan sendirian untuk menjalani kehidupan di alam lain.

Rasa sedih berkepanjangan membuat banyak orang tua terus menyalahkan diri sendiri, menyalahkan pasangan, atau bahkan menyalahkan nasibnya. Perasaan  itu membuat orang tua terus terkungkung dalam penderitaan, hingga membuat dirinya kehilangan semangat hidup. dan Kesedihan tersebut ternyata tidak juga hilang, bahkan ketika sudah memiliki anak lagi.

Ayah bunda yang dimuliakan Allah,  Takdir Ilahi tak ada yang bisa menolaknya, sebab semua itu merupakan kehendak dari Sang Khalik Maha Pencipta. Kematian dan kehidupan adalah murni ketetapanNya, karena itu sebagai manusia beriman, kita diminta untuk bertawakal dan terus memohon petunjuk kepadaNya.


Bagimu yang pernah merasakan bahagianya melihat anak sedang lincah-lincahnya bermain, tapi pada akhirnya sang buah hati itu meninggal, maka cobalah untuk menghapus air matamu dan tata kembali hari kehidupanmu. Di luar sana, tidak sedikit orangtua yang juga pernah kehilangan buah hatinya dengan berbagai peristiwa.
Agar sedihmu tidak terus berlarut-larut, berikut ini ada lima nasihat untukmu yang pernah kehilangan buah hati tercinta, yang insyaallah akan mengobati rasa dukamu.

1. Anak adalah titipan ilahi, karena buah hati tak mungkin selamanya berada disisimu.

Sejatinya, hidup di dunia ini tidaklah abadi. Demikian juga dengan apa yang kita miliki dalam hidup seperti keluarga, harta, danp kedudukan. Ada masa di mana hal-hal tersebut akan hilang sekejap mata yang menandakan bahwa tak ada keabadian di dunia ini. Saat anak atau buah hati yang selama ini dinanti-nantikan pergi menghadap Ilahi begitu cepat, maka jangan sibuk meratapi keadaan atau menggerutu bahwa kehidupan ini tidak adil. Pahami dan yakini bahwa anak adalah titipan Sang Maha Kuasa, dengan begitu hati akan tenang dan tidak larut dalam duka lara ketika hari kehilangan itu tiba. Karena semua ini milik-Nya.

2. Kehilangan anak adalah ujian hidup, menerima dengan sabar dan ikhlas adalah jalan terbaik

Kehilangan buah hati yang sudah dinanti bertahun-tahun lamanya tentu menoreh sedih yang mendalam. Namun demikian jangan larut dan cobalah bangkit dari perasaan nelangsa yang menyelimuti diri. Terima kondi tersebut dengan sabar dan ikhlas, karena hanya dengan bersikap seperti itu, seorang manusia lebih mudah berdamai dengan keadaan yang menimpanya. Hapus air matamu, dan bangunlah dari selimut kesedihan.

3. Hapus duka laramu, masih ada hari esok yang menawarkan cerita baru.

Sang Maha Kuasa memberikan manusia lembaran baru di setiap harinya. Jika hari ini kamu merasa sangat sedih, maka buatlah sedih itu hilang di keesokan harinya. Hapus duka laramu, dan jalani hari esok dengan senyuman. Badai pasti berlalu, demikian juga momen kehilangan buah hati yang kamu cintai juga lambat laun akan menjadi kenangan duka yang pernah mampir dalam hidupmu. Selagi masih diberi kehidupan oleh Sang Maha Pencipta, sudah seharusnya kita bangkit dari kesedihan dan bersiaplah menoreh warna di hari-hari baru berikutnya.

4. Saat pikiran kehilangan sang buah hati timbul, maka berlapang dada lah.

Jika momen kehilangan buah hati yang sudah terjadi sekian lama dalam hidupmu terbayang kembali di benak, maka jangan buru-buru untuk meresponnya dengan menunjukkan rasa berang seolah tak ikhlas dengan peristiwa pilu itu. Biarlah kenangan itu mampir sejenak dalam kepalamu, cukup menanggapinya dengan lapang dada dan tidak mencela masa-masa itu sebagai bagian terburuk dalam hidupmu. Torehkan senyumanmu dan lantunkan syukur padaNya, karena setiap momen di dunia ini, termasuk jatuhnya daun dari pohon yang tinggi adalah bagian dari takdir yang telah Sang Khalik gariskan.

5. Tetaplah berjuang dan berharap kepadaNya agar diberi rezeki kelahiran buah hati.

Pada hakikatnya, manusia yang masih memiliki kesempatan untuk menjalani kehidupan tentu ingin hidupnya berangsur-angsur membaik dari hari-hari kemarin. Agar hari esok bisa lebih baik dari hari ini, tentu kamu perlu berjuang tanpa lelah dan terus berharap padaNya agar diberikan karunia memiliki buah hati kembali. Tak ada yang sulit bagi Sang Khalik untuk mewujudkan keinginanmu memiliki buah hati. Hanya saja butuh kesabaran dan keikhlasan untuk terus berdoa dan berikhtiar saban hari. Jangan takut untuk terus berharap, karena Sang Maha Pencipta tak akan mengecewakanmu.

Demikianlah lima nasihat untukmu yang pernah kehilangan buah hati tercinta. Jalani setiap episode kehidupan dengan tidak berhenti berdoa dan berikhtiar padaNya. Semoga di suatu hari yang indah kelak, Dia akan menitipkan kembali buah hati mungil di tengah-tengah kehidupanmu. Jangan patah arang dan teruslah semangat menghadapi hari-hari mu..

Senin, 29 November 2021

AIR HUJAN TURUN DARI LANGIT


Dalam al quran surat al furqan ayat 48 Allah berfirman:

وأنزلنا من السماء ماء طهورا

Artinya: kami turunkan dari langit akan air yang mensucikan. 

Dalam alquran Allah menyebutkan air hujan itu turun dari langit, lalu bagaimana teori yang kita pelajari disekolah bahwa air hujan itu berasal dari uap air dari laut kemudian menjadi hujan..

Untuk melihat persoalan ini mari kita coba membedah referensi berikut ini:l

وَمَا قِيْلَ مِنْ أَنَّ السَّحَابَ يَنْزُلُ فِي الْبَحْرِ الْمِلْحِ فَيَغْتَرِفُ مِنْهُ كَالسَّفِنْجِ ثُمَّ يَرْتَفِعُ وَيَنْعَصِرُ فَيَنْزُلُ مِنْهُ الْمَاءُ وَتَقْصَرُهُ الرِّيَاحُ فَيَخْلُو فَمِنْ زَعْمِ الْعَرَبِ وَلِذَلِكَ قَالَ الشَّاعِرُ *شَرِبْنَ بِمَاءِ الْبَحْرِ ثُمَّ تَرفَّعَتْ* اَلْبَيْتُ. وَهُوَ كَلَامُ الْمُعْتَزِلَةِ.

"Pendapat yang mengatakan bahwa sesungguhnya awan bergerak turun di lautan yang asin, lalu menciduk air laut sebagaimana spon, lalu naik ke atas dan terperas sehingga turunlah hujan, lantas angin mengikis awan itu dan akhirnya hilang terurai, maka hal itu adalah persangkaan orang Arab. Dalam syair dikatakan: Mereka minum dari air laut lalu bergerak naik, ini merupakan ucapan kaum mu'tazillah." (Hasyiyah al-Bajuri, 1/34).

Kaum mu'tazillah di era tersebut berteori bahwa air hujan berasal dari awan yang melandai turun ke laut, menyerap airnya, dan naik lagi hingga tiba masanya turun hujan. Ini jelas berbeda dengan teori ilmu alam sekarang yang menyatakan hujan berasal dari kumpulan partikel air yang naik ke atas akibat perbedaan tekanan udara dan membentuk awan. Teori tersebut sudah diakui dan dikutipkan oleh ar-Razi ketika mengkaji ayat 'wa anzala minas sama-i ma-an'.

السؤال الثالث : قوله : {وَأَنزَلَ مِنَ السَّمَآءِ مَآءً} يقتضي نزول المطر من السماء وليس الأمر كذلك فإن الأمطار إنما تتولد من أبخرة ترتفع من الأرض وتتصاعد إلى الطبقة الباردة من الهواء فتجتمع هناك بسبب البرد وتنزل بعد اجتماعها وذلك هو المطر. والجواب من وجوه : أحدها : أن السماء إنما سميت سماء لسموها فكل ما سماك فهو سماء فإذا نزل من السحاب فقد نزل من السماء وثانيها : أن المحرك لإثارة تلك الأجزاء الرطبة من عمق الأرض الأجزاء الرطبة {أَنزَلَ مِنَ السَّمَآءِ مَآءً} وثالثها : أن قول الله هو الصدق وقد أخبر أنه تعالى ينزل المطر من السماء ، فإذا علمنا أنه مع ذلك ينزل من السحاب فيجب أن يقال ينزل من السماء إلى السحاب ، ومن السحاب إلى الأرض.

"Pertanyaan ketiga: firman Allah 'dan Dia menurunkan air [hujan] dari langit' menuntut pemahaman turunnya hujan berasal dari langit padahal faktanya tidak demikian. Mengingat hujan timbul dari uap air yang naik dari bumi dan terus membumbung sampai pada lapisan udara yang dingin, lalu membentuk kumpulan akibat suhu dingin tadi, dan turun ke bumi dalam bentuk hujan.

Jawaban bisa dari beberapa sisi:

Pertama, bahwa langit dinamakan sama-u (langit) dikarenakan tingginya. Maka semua yang di atasmu dinamakan langit. Ketika diungkapkan hujan turun dari awan maka boleh juga diungkapkan hujan turun dari langit.

Kedua, bahwa faktor yang menggerakkan partikel basah dari sari bumi sebenarnya adalah partikel basah 'air yang Dia turunkan dari langit' [perbedaan tekanan udara, pen].Ketiga, bahwa maha benar firman Allah sementara Allah telah berfirman tentang turunnya air dari langit. Ketika kita sudah tahu bahwa hujan turun dari awan maka menjadi ketetapan untuk dikatakan hujan turun dari langit ke awan, dari awan ke bumi.". (Tafsir Fakhrur Razi, 1/266). Wallahu a'lam


Selasa, 02 November 2021

PERKARA YANG SUNNAH DILAKUKAN TERHADAP ORANG YANG SEDANG SAKRATUL MAUT.


Mungkin pernah kita melihat orang sakit yang sedang sakratul maut, mungkin keluarga kita sendiri atau boleh jadi orang lain,  tapi kita tidak tahu apa yang harus kita lakukan ketika demikian, lebih-lebih terhadap keluarga kita sendiri, maka disini penulis ingin berbagi sedikit ilmu mengenai apa yang harus kita lakukan ketika menghadapi situasi yang demikian.

1. Menghadapkannya ke arah kiblat

Hal ini bisa dilakukan dengan cara membaringkannya pada lambung sebelah kanannya ( kepala di utara), jika tidak mampu maka dengan membaringkan pada lambung kirinya (kepala di selatan), dan bila hal ini tidak mampu maka dengan posisi diterlentangkandan memberi sejenis bantal dikepalanya agar bisa menghadap kiblat

2. Membacakan surat yasin dengan jihar dan surat Ar-Ra’du dengan lirih.

Jika keduanya mungkin di baca, namun jika hanya mungkin membaca salah satunya, maka dibacakan surat yasin untuk mengingatkannya pada urusan akhirat. Jika muhtadhar (orang yang sudah sekarat) sudah tidak mempunyai perasaan maka yang lebih utama di bacakan surat Ar-Ra’du, untuk mempermudah keluarnya ruh.

( مجموع شرح المهذب جزء ٥ صفحة ٢٢٥)

( اضواء البيان فى ايضاح القران بالقران جزء ٦ صفحة ٢٢٦)

3. Mentalkin (menuntun untuk membaca Laa ilaaha illallah)

Nabi bersabda :

« مَنْ كَانَ آخِرُ كَلاَمِهِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ »(رواه الحاكم)

“Barangsiapa yang akhir hayatnya membaca Laa ilaaha illallah maka ia akan masuk surga”.

Menurut qaul sahih penalkinan dilakukan satu kali (tidak perlu diulangi), kecuali apabila muhtadhar setelah ditalkin berbicara sekalipun masalah ukhrawi, maka talkin sunah untuk diulangi lagi. Menurut imam As Shamiri talkin tidak sunat diulangi selama muhtadhar tidak membicarakan urusan duniawi. Talkin untuk orang muslim tidak memakai lafadz tasbih dan ashadu, kedua lafadz tersebut digunakan untuk mentalkin orang kafir yang diharapkan masuk islam.

Orang yang melakukan talkin disunahkan bukan ahli waris, bukan musuhnya atau orang yang hasud/iri kepadanya, hal ini bertujuan untuk menghindari dugaan bahwa mereka mengharapkan kematian muhtadhar.

(سبل السلام جزء ٣ صفحة ١٥١)

Jika yang ada hanya ahli waris maka hendaknya yang metalkin adalah ahli waris yang paling saying kepadanya.

(,رياض الصالحين جزء ١ صفحة٤٧٧) 

Memberi minum kepada Muhtadhar (orang yang sakit sekarat)

Hal tersebut disunnahkan, terutama apabila ada tanda bahwa ia meminta minum, sebab pada waktu itu syetan menawarkan minum yang akan ditukar dengan keimanan.


Tanda baik dan buruknya mayyit 

Tanda-tanda mayyit yang baik :

1. Keningnya berkeringat

2. Kedua matanya mengeluarkan air mata

3. Janur hidungnya mengembang

4. Wajahnya ceria


Tanda- tanda mayit buruk:

1. Wajahnya kelihatan sedih dan takut.

2. Ruhnya sulit keluar, bahkan sampai seminggu

3. Kedua sudut bibirnya berbusa.

Tanda-tanda diatas bisa kelihatan semua, atau hanya sebagiannya saja.

التاج والإكليل لمختصر خليل جزء ٣ صفحة ٣

تفسير تنوير الأذهان جزء ٣ صفحة ١٢٥

أنوار المسالك شرح عمدة السالك صفحة ١٣٥

Apabila ada tanda yang baik maka sunnah untuk disiarkan kecuali jika mayyit dhohirnya ahli maksiat atau orang fasik, maka tidak boleh di siarkan, agar perilaku jeleknya tidak ditiru orang lain. Bila ada tanda yang jelek maka wajib dirahasiakan, kecuali dhohirnya mayit adalah orang yang ahli maksiat atau orang fasik, maka boleh untuk diberitahukan orang lain agar perilaku jeleknya tidak diikuti orang lain

وَلَا يَحْرُمُ عَلَى الْحَائِضِ وَالنُّفَسَاءِ حُضُورُ الْمُحْتَضَرِ عَلَى الْمُعْتَمَدِ خِلَافًا لِمَا فِي الْعُبَابِ وَالرَّوْضِ وَعَلَّلَهُ بِتَضَرُّرِهِ بِامْتِنَاعِ مَلَائِكَةِ الرَّحْمَةِ مِنْ الْحُضُورِ عِنْدَهُ بِسَبَبِهَا .

Dan tidak di haramkan bagi wanita yang haid dan nifas mendatangi seseorang yang dalam keadaan sekarat menurut pendapat yang mu'tamad, akan tetapi menurut ibnu hajar dalam kitab al ubab dan pendapat ibnu almuqri dalam kitab rhaudhatut thalib berbeda pendapat( mengharamkan) dengan memberi (illat) alasan dengan sebab hadirnya wanita yang haid dan nifas dapat mencegah hadirnya malaikat rahmah pada orang yang sekarat. 

( Khasiyah albujairimi ala alkhatib juz 1 hal 354)


Jumat, 15 Oktober 2021

BENARKAH KUTIPAN PESAN IMAM SYAFI’I TENTANG PANAH FITNAH

Belakangan ini beredar luas kutipan yang dikatakan berasal dari Imam Syafi’i tentang ulama mana yang harus kita ikuti. Dari kutipan baik berbentuk tulisan maupun meme (gambar) itu konon Imam Syafi’i menyarankan kepada muridnya untuk mengikuti ulama yang terkena fitnah atau dibenci oleh orang kafir.

Saya penasaran. Di kitab mana Imam Syafi’i mengatakan demikian? Saya telusuri sejumlah kitab karya Imam Syafi’i yang saya miliki, dari mulai ar-Risalah, al-Umm, Diwan dan Musnad, tapi saya tidak menjumpainya. Begitu juga sejumlah kitab yang ditulis oleh para murid Imam Syafi’i juga saya coba telusuri, namun saya tidak mendapatkan sanad kutipan tersebut.

Dalam bahasa Arab kutipan yang beredar itu begini teksnya:

‎سئل اﻹمام الشافعي رحمه الله : كيف نرى الحق من بين كل هذه الفتن ؟ ‎فقال :اتبع سهام العدو ترشدك إلى الحق

Imam Syafi’i ditanya: “Bagaimana kita mengetahui pengikut kebenaran di jaman yang penuh fitnah?”

Beliau menjawab: “Perhatikanlah panah-panah musuh (ditujukan kepada siapa), maka itu akan menunjukimu kepada siapa ‘Pengikut Kebenaran’ itu”.

Redaksi di atas telah dimodifikasi dalam berbagai versi yang viral sesuai kepentingan masing-masing. Misalnya yang saya temukan:

Versi pertama;

Imam Syafi’i berkata: “Carilah pemimpin yang banyak panah-panah FITNAH menuju kepadanya, IKUTILAH mereka yang banyak di FITNAH, Karena sesungguhnya mereka sedang berjuang di JALAN yang BENAR.”

Versi kedua:

Imam Syafi’i pernah berkata: Nanti di akhir zaman akan banyak Ulama yang membingungkan Umat, sehingga Umat bingung memilih mana Ulama Warasatul Anbiya dan mana Ulama Suu’ yang menyesatkan Umat.

Lantas murid Imam Syafi’i bertanya: “Ulama seperti apa yang kami harus ikuti di akhir zaman wahai guru?”

Beliau menjawab: “Ikutilah ulama yang dibenci kaum kafir, kaum munafiq, dan kaum fasik. Dan jauhilah ulama yang disenangi kaum kafir, kaum munafiq, dan kaum fasik, karena ia ia akan menyesatkanmu, menjauhimu dari Keridhaan Allah“.

Saya menemukan pula di internet bahwa kutipan senada yang dinisbatkan kepada Imam Syafi’i itu juga sering disandarkan kepada Imam Ali bin Abi Thalib dan juga kepada Ibn Taimiyah. Jadi sebenarnya itu kutipan dari siapa? Wa Allahu a’lam.

Tapi yang jelas sejauh ini saya tidak menemukan rujukan dari kitab klasik manapun dan juga tidak mendapati sanad kutipan yang diklaim berasal dari pernyataan Imam Syafi’i. Terakhir, setelah usaha saya menelusuri lembaran kitab gagal, saya bertanya langsung kepada Syekh Ibrahim al-Shafie seorang ulama keturunan langsung dari Imam Syafi’i. Lewat WA beliau mengonfirmasi bahwa beliau pun tidak menemukan kutipan tersebut dalam kitab manapun baik dari Imam Syafi’i maupun dari murid-murid sang Imam.

Jadi, saya berani mengatakan bahwa kutipan di atas itu PALSU, sampai ada yang bisa menyebutkan sumber dan sanad kutipan tersebut dan kita verifikasi bersama kevalidannya.

Nah, kutipan di atas telah diviralkan sejumlah pihak sesuai kepentingannya. Para pendukung HRS misalnya mengatakan banyak fitnah terhadap HRS dari para musuh Islam dan itu membuktikan HRS sebagai ulama yang benar, berbeda dengan para ulama NU seperti Gus Dur dan Kiai Said Aqil Siradj yang justru disenangi oleh kaum kafir. Pendukung Gus Dur dan Kiai SAS juga melawan dengan menggunakan kutipan yang sama bahwa justru banyak sekali fitnah yang ditujukan kepada kedua kiai NU ini, dan itu menunjukkan mereka juga benar.

Yang mengejutkan ISIS pun ternyata memakai kutipan di atas dan mengatakan dulu panah musuh, sekarang pesawat tempur dan rudal musuh Islam ditujukan kepada mereka, maka merekalah kelompok yang benar dan harus diikuti umat Islam.

Saya ingin mengatakan bahwa kutipan di atas yang belum terverifikasi itu sudah menjadi BOLA LIAR dan dipakai untuk membela kepentingan masing-masing. Tapi jangan-jangan kita semua yang memakai kutipan di atas jadi turut berdusta atas nama Imam Syafi’i.

Dan kalau kita mau kaji lebih jauh, masak sih standar ‘kebenaran’ itu diukur dari berapa banyak fitnah yang ditujukan kepada ulama? Jangankan para ulama, lha wong saya saja yang bukan siapa-siapa sering kena fitnah dibilang liberal, Syi’ah, sesat, bahkan setiap saat akun saya di medsos diserang para haters. Apa otomatis itu menjadikan pendapat saya benar? Ya belum tentu. Ukuran kebenaran bukan semata-mata soal kebencian dan fitnah dari orang lain, tapi yang terutama adalah soal otoritas keilmuan dan kekuatan argumentasi berdasarkan Nash dan kitab-kitab rujukan.

Kembali ke masalah di atas. Saya tegaskan sekali lagi, bahwa klaim kutipan dari Imam Syafi’i di atas belum terverifikasi, dan harus kita anggap sebagai PALSU dan jangan lagi disebarkan selama belum ada sumber dan sanadnya. Kalau ada yang menyebarkannya, tanya saja: “di kitab apa Imam Syafi’i berkata demikian?” Jangan sampai kita dianggap berdusta atas nama Imam Syafi’i.

Wallahu a’lam..

BY: GNH