Diantara yang wajib kita yakini adalah Segala sesuatu yang baik maupun yang buruk (menurut ukuran kita), semuanya adalah perbuatan Allah SWT. Kayanya manusia, miskinnya, cantiknya, jeleknya, baiknya, jahatnya, semua itu terjadi pada hakikatnya dengan qudrah dan iradahNya. Firman Allah SWT surah As-Shaffat ayat 96 :
و الله خلقكم وما تعملون
“Dan Allahlah yang telah menciptakan kamu dan apa-apa yang kamu perbuat.
MASALAH : Jika seluruh perbuatan hamba itu terjadi dengan kehendak Allah, bukan berarti si hamba itu majbur (terpaksa) pada seluruh perbuatannya? Mengapa Allah minta pertanggungjawaban amal si hamba?
JAWABAN : Si hamba tidaklah tulen terpaksa atau majbur pada seluruh perbuatanya, karena ia mempunyai IRADAH JUZ’IYYAH (kehendak dalam diri) yang dengan ini ia ingin u tuk memalingkan kehendaknya kearah kebaikan & kearah kejahatan, dan ia juga mempunyai akal tuk membedakan antara yang baik & yang buruk. Jika ia palingkan kehendaknya itu kepada kebaikan maka ia di beri pahala karena zahir kebaikan itu atas usahanya, jika ia palingkan kehendaknya itu kepada kejahatan disiksalah ia karena zahir kejahatan itu atas usahanya.
MASALAH : Jika ada hamba yang dibuat-Nya baik lalu diberikan pahala & surga , ada juga hamba yang dibuat-Nya buruk lalu ditimpakan siksa, bukankah itu berarti Allah ga adil (zalim) kepada hamba-Nya?
JAWABAN : Kita semua ini milik Allah, Kepunyaan Allah, Allah bisa berbuat apapun terhadap milik-Nya sesuai dengan kehendak-Nya, kalau kita punya 2 ekor ayam, yang 1 disembelih yang 1 lagi dipelihara, apa bisa kita disebut zalim..? jelas tidak, karena kita yang punya dan kita bebas untuk melakukan apapun terhadap yang kita miliki.
Kalau begitu kita boleh dong..mematah2kn kaki ayam ini dan menyambungnya..??
Jelas kita tidak boleh mematah-matahkn kaki ayam ini & menyabungnya walaupun punya kita..karena kita dilarang oleh agama, kita terikat dengan peraturan & undang-undang.
Lain halnya dengan Allah, Allah tidak bisa disebut zalim dengan kehendak-Nya seperti membuat penyakit tuk anak2 kecil yang ga berdosa , bencana alam yang ga selamanya menimpa orang2 bersalah,dll, KARENA Allah tidak terikat dengan suatu peraturan & undang2, sehingga Ia bisa disebut zalim. Perbuatan-Nya adalah absolute,mutlak, dan SEMUA TASHARRUF-NYA ADALAH PADA TEMPATNYA & MENGANDUNG HIKMAH, walaupun terkadang hikmahnya itu belum terjangkau oleh kemampuan berfikirnya manusia. Allah Maha Adil & Maha Suci daripada perbuatan zalim. Firman Allah surat Yunus ayat 44:
ان الله لا يظلم الناس شيئا و لكن الناس انفسهم يظلمون
“sesungguhnya Allah tidak berbuat zalim kepada manusia sedikitpun, akan tetapi manusia itulah yang berbuat zalim kepada diri mereka sendiri”
MASALAH : kalau semuanya sudah Allah yang ngatur dan sudah di taqdirkan, mengapa kita harus capek2 berdo’a?
JAWABAN : Do’a itu adalah ibadah & perintah Allah, tentu dengan berdo’a kita mndapatkan pahala dari Allah. Lalu..
Dalam kitab Al-Adzkar Lin Nawawy :
فصل : قال الغزالي : فإن قيل : فما فائدة الدعاء مع أن القضاء لا مرد له ؟.
فاعلم أن من جملة القضاء : رد البلاء بالدعاء ، فالدعاء سبب لرد البلاء ووجود
الرحمة ، كما أن الترس سبب لدفع السلاح ، والماء سبب لخروج النبات من الأرض ، فكما أن الترس يدفع السهم فيتدافعان ، فكذلك الدعاء والبلاء ، وليس من شرط الاعتراف بالقضاء أن لا يحمل السلاح ، وقد قال الله تعالى : (وليأخذوا حذرهم وأسلحتهم) فقدر الله تعالى الأمر ، وقدر سببه.
“Fasal, berkata Al-Ghazaly : maka jika ditanya: “apa faidahnya do’a padahal ketentuan Allah itu ga bisa ditolak. Maka ketahuilah olehmu, bahwa sejumlah daripada ketentuan Allah itu adalah menolak bala’ dengan do’a. maka do’a itu adalah sebab tuk menolak bala’ & adanya rahmat sebagaimana perisai itu sebab tuk menolak senjata n air sebab tuk keluarnya tumbuh2an dari bumi. Maka sebagaimana perisai itu bisa menolak anak panah lalu bertolak-tolakkan maka bgtu juga dengan do’a n bala’. Dan tidak menjadi syarat tuk mengakui ketentuan Allah itu dengan tidak membawa senjata. Dan sungguh Allah telah berfirman : “…dan hendaklah mereka itu bersiap siaga & menyandang senjata…”(An-Nisa:102).
Maka ALLAH TAQDIRKAN PERINTAH & ALLAH TAQDIRKAN SEBABNYA”.
SECARA SYARI’AT DAN ADAB :
Adab dalam menyikapi taqdir-Nya adalah yang baik-baik disandarkan kepada Allah & yang buruk-buruk disandarkan pada diri kita sendiri.. Oerbandingannya begini…kalau kita memiliki sebuah mobil Fajero sport sudah tentu kapasitas & keindahan mobil ini terbangsa kepada pabrik yang membuatnya. Akan tetapi kalau suatu saat mobil ini tabrak tiang listrik..kita tidak bisa menyalahkan pabrik yang membuatnya..,tentu kita yang salah, pabrik jangan di salahin...
Yang baik-baik datang dari Allah, yang buruk-buruk timbul dari nafsu yang angkara murka dan kesalahan kita, Inilah adab. Dengan adab seperti inilah para Nabi & para Wali memperoleh derajat dan karamah di sisi Allah. Coba renungkan perkataan Nabiyullah Ibrahim sebagaimana di hikayatkan Allah dalam kitab suci-Nya Al-Qur’an surat As-Syu’ara ayat 78-80 :
الذي خلقني فهو يهدين . والذي هو يطعمني ويسقين . واذا مرضت فهو يشفين .
“Dialah Allah yang memciptakan aku lalu Dia memberiku petunjuk. Dan Dialah yang memberi aku makan & minum. Dan apabila aku sakit maka Dialah yang menyembuhkan aku”
Coba kita lihat…Nabi Ibrahim menyandarkan petunjuk, pemberian makan & minum dan penyembuhan kepada Allah SWT. Dan beliau menyandarkan “penyakit” kepada dirinya. Beliau tidak mengatakan “dan apabila Dia memberikan aku sakit” tapi “dan apabila aku sakit”. Beginilah ma’na dari firman Allah Ta’ala surat An-Nisa ayat 79 :
وما أصابك من حسنة فمن الله وما أصابك من سيئة فمن نفسك
“Dan apa-apa yang mengenai dirimu drpada kebaikan, maka dari
Allah (di pandang dari segi terjadinya). Dan apa-apa yang mengenai dirimu dari pada keburukan, maka dari dirimu sendiri (di pandang dari segi usaha)”.
SEKIAN. Semoga bermanfa’at & mohon koreksinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar