PEMIMPIN
Oleh
: Dailami*)
Pesta
demokrasi PEMILUKADA ACEH telah usai dan berlansung secara sukses dan damai
walaupun setelah “pesta” ada daerah yang bergejolak kerusuhan seperti yang
terjadi di Blang Keujeren Kabupaten Gayo Lues (Serambi Indonesia, Kamis 12
April 2012), tapi secara umum telah berlangsung secara sukses yang sebelumnya
disangsikan oleh para pengamat dan elit politik bahwa PEMILUKADA ACEH akan
terjadi banyak masalah dan berpotensi gagalnya PEMILUKADA. Ini terbantahkan
dengan berjalannya PEMILUKADA dengan damai dan sukses.
Hasil
PEMILUKADA ACEH 2012 untuk provinsi dimenangkan oleh pasangan dr.Zaini abdullah
dan Muzakkir Manaf dari partai PA dengan perolehan 1.327.695 suara atau 55,75%
(. . hasil rekapitulasi KIP Aceh), jauh mengungguli dari kandidat-kandidat lain
baik dari jalur koalisi partai maupun dari jalur independen, ini membuktikan
bahwa masyarakat Aceh masih mempercayakan tampuk kepemimpinan provinsi Serambi
Mekkah ini kepada para mantan kombatan GAM seperti pada Pilkada 2009 walaupun
pada waktu tersebut kombatan GAM maju melalui jalur perseorangan.
Pemimpin
yang dihasilkan dalam PEMILUKADA ACEH 2012 adalah wajah baru dalam kancah
kepemimpinan Aceh, mereka dahulunya dikenal sebagai lawan politik pemerintah
Indonesia, bahkan mereka orang yang paling dicari oleh militer Indonesia sampai
mereka menjadi pelarian politik di luar negeri. Namun dengan adanya perdamaian
antara pemerintah Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka di Helshinki Firlandia,
mereka sekarang bisa menjadi orang nomor satu di bumi Serambi Mekkah.
Mereka
yang terpilih dalam PEMILUKADA ACEH yang lalu adalah hasil pilihan masyarakat
Aceh secara demokratis, maka sudah semestinya pemimpin yang terpilih itu
menjadi pemimpin rakyat, pemimpin yang terbaik untuk rakyat, pemimpin yang
berpihak kepada rakyat, keberpihakan pemimpin kepada rakyat sangat diharapakan
dan diimpikan oleh rakyat Aceh yang telah memilih mereka menjadi khalifah di
bumi Serambi Mekkah ini. Hal ini dikarenakan rakyat Aceh telah lama berada
dalam kehidupan yang serba susah dan melarat, kemiskinan dan keterbelakangan,
tentu saja harapan rakyat Aceh kepada pemimpin baru agar dapat mengurangi
kemiskinan-kemiskinan tersebut. Di samping itu pada saat ini Aceh secara umum
masih kritis dalam persoalan keamanan, ini dapat ditandai dengan masih maraknya
kekerasan dan kriminilitas di tengah-tengah masyarakat, masalah penegakan hukum
dan syariat Islam semakin tidak jelas, di mana semakin lama rakyat semakin jauh
dari agama. Oleh karena itu kepada pemimpin terpilih diharapkan dapat
memperbaiki kemakmuran rakyat Aceh, sekaligus dapat memberikan kenyamanan
hidup, terutama aman dalam berusaha dan tidak ada lagi pemerasan yang sifatnya
ilegal.
Masalah pemimpin, Islam melihatnya
sebagai suatu keharusan yang harus ada dalam masyarakat, tidak mungkin dalam
suatu daerah tidak ada yang memimpin. Rasulullah sendiri menyuruh ummatnya jika
bepergian dua orang, maka salah satunya adalah sebagai pemimpin, begitu
pentingnya pemimpin dalam Islam sehingga ada kriteria-kriteria yang harus
dimiliki oleh seorang pemimpin menurut pandangan Islam, diantaranya: Pertama adil, Orang yang tidak adil tidak layak duduk menjadi
pemimpin/penguasa. Karena adil merupakan sifat pemimpin yang mesti ada, sebab
jangankan urusan pemerintahan, dalam hal kesaksian pun yang lingkup masalahnya
antara dia dan yang bersangkutan mesti adil, apalagi dalam aspek pemerintahan
yang jaringannya meluas kepada rakyat banyak, tentu sangat tepat bila adil dijadikan
kriteria yang mutlak.Rasulullah
SAW pernah berkata bahwa, ”Karena keadilanlah, maka seluruh langit dan bumi ini
ada.”Selanjutnya Imam Ali Bin Abi Thalib
mendefiniskan keadilan adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya yang layak. Penerapan
sifat keadilan oleh seorang pemimpin ini dapat dilihat dari cara ia membagi
ruang-ruang ekonomi, politik, budaya, dan sebagainya pada rakyat yang
dipimpinnya. Misalnya tidak ada diskriminasi kepada orang miskin dalam hal
mendapatkan pelayanan dari pemerintah.
Kedua amanah/credible
dapat dipercaya sebagai wujud keimanannya kepada Allah Swt.
Dalam Islam seorang pemimpin harus memprioritaskan amanah Allah dan Rasulullah,
pemimpin adalah pengemban amanah dari Allah dan RasulNya, karena apa yang
dipimpinnya akan dimintai pertanggungjawabannya
oleh Allah Swt kelak di hari Akhirat sesuai dengan hadis Rasulullah “kullukum ra’in, wakullukum mas’ulun ‘an
ra’yyatihi”, maka supaya bebas dari tuntutan Allah di mahkamah akhirat,
sudah semestinya seorang pemimpin melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
serta tidak menyimpang dari ketentuan dan amanah tersebut. Apabila menyimpang
dari ketentuan dan amanah Allah da RasulNya maka bersiap-siaplah menunggu
pengadilan Allah di hari akhirat kelak, karena itulah harus ada perasaan takut
kepada Allah terhadap apa yang dipimpinnya, seperti takutnya para sahabat
Rasulullah Saw dalam memegang kekhalifahan Islam dikarenakan para sahabat yakin
sekali bahwa apa yang mereka kerjakan baik urusan dunia maupun akhirat tetap
akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah Swt.
Setelah
memprioritaskan amanah Allah dan Rasulullah baru selanjutnya memprioritaskan
amanah dari rakyat yang telah memilihnya, mementingkan kepentingan rakyat
daripada kepentingan pribadi atau partainya, menepati janji yang telah
disampaikan pada saat kampanye supaya rakyat menjadi percaya kepada pemimpin
yang terpilih, rakyat sudah sangat bosan terhadap janji-janji muluk tanpa ada
realisasi dilapangan, kini saatnya pemimpin terbaru membuat perubahan. Peluang
untuk melakukan perubahan sangat terbuka lebar mengingat mayoritas anggota
parlemen berasal dari partai PA, kita tidak ingin lagi mendengar alasan pihak eksekutif berselisih dengan pihak
legislatif, mereka semua baik eksekutif maupun legislatif dipilih langsung oleh
rakyat, dan kepada kepentingan rakyat lah mereka tunduk.
Ketiga
Kafa’ah,
yaitu memiliki kemampuan untuk memimpin ummat, menguasai ilmu yang berkaitan
dengan manajemen pengaturan masyarakat, cerdas, dan matang secara kejiwaan. Seorang
pemimpin dituntut bukan hanya sekedar formalitas pengangkatan dirinya sebagai
pemimpin , tetapi juga kemampuan untuk dapat mengerti terhadap orang orang yang
dipimpinnya, dapat menunjukkan empati kepada persoalan dan kebutuhan hidup
mereka , dapat mensejahterakan kehidupan mereka dan menjalin hubungan yang
penuh harmoni agar kebersamaan dengan rakyat tetap terjalin.
Aspek-aspek inilah yang
kadang-kadang dilupakan oleh seorang
calon pemimpin. Kadang jabatan itu dipandang sebagai
kehormatan dan status sosial yang terhormat dalam
masyarakat, jabatan dipandang sebagai sarana untuk
mendapatkan kekuasaan dan kemewahan hidup, bukan dipandang
sebagai
amanah dan tangungjawab agung yang akan dimintai
pertangungjawabannya baik sekarang oleh rakyat maupun nanti di
mahkamah Ilahi. Kalau jabatan dianggap sebagai wasilah
untuk memperoleh kemewahan, maka terkadang semua cara akan dilakukan untuk
mendapatkannya. Kita berharap kepada pemimpin yang sudah terpilih semoga
jabatan yang sudah diambang pintu-walaupun tidak tidak gratis-,agar dapat
digunakan untuk melahirkan kebijakan-kebijakan baru yang pro kepada rakyat,
bukan pro kepada kerabat atau konglomerat, amiiiinn. . . . . .
*)Penulis adalah Siswa Sekolah Demokrasi
Aceh Utara angkatan II 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar