Kamis, 01 Mei 2025

Menjaga diri dari pengaruh HP

Kecanduan handphone (HP) dapat melalaikan seseorang dari kewajiban ibadah kepada Allah serta tanggung jawab muamalah atau hubungan sosial dengan sesama. Penggunaan HP secara berlebihan, terutama untuk hal-hal yang tidak bermanfaat seperti bermain media sosial, game, atau menonton konten hiburan, bisa menyebabkan lalai dari shalat, belajar, bekerja, hingga berinteraksi dengan keluarga. Kunci utama adalah membangun kesadaran akan dampak negatif kecanduan HP dan menciptakan keseimbangan antara dunia maya dan dunia nyata.

Di era digital saat ini, menjaga diri dan keluarga tidak hanya bersifat fisik semata karena saat ini kita hidup di dua dunia yakni dunia nyata dan dunia maya. Perkembangan ilmu dan teknologi telah menghantarkan kita Pada suatu masa dimana banyak sekali kemudahan-kemudahan yang kita dapatkan. Namun dibalik itu terdapat dampak-dampak negatif akibat perkembangan ilmu dan teknologi bagi mereka yang kurang bijak dalam menggunakannya dan menghantarkan ke neraka.

Rasulullah saw juga sudah mengingatkan kita semua tentang akan datangnya masa di mana teknologi akan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia.

لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَتَقَارَبَ الزَّمَانُ، وَتُطْوَى الْأَرْضُ زُبًا، أَيْ: تُطْوَى، وَيُضَمَّ بَعْضُهَا إِلَى بَعْضٍ Artinya: "Tidak akan terjadi kiamat hingga zaman terasa makin dekat, dan bumi dilipat (dipendekkan), yakni dilipat dan digabungkan sebagian tempat dengan yang lain.” (HR At-Thabarani).

Terkait dengan hal ini, Syekh Al-Ghumari dalam kitab Qathfun Nawal halaman 2 menjelaskan, maksud dari redaksi “waktu terasa semakin dekat” adalah bagaimana sekarang segala hal bisa terjadi dan tersebar dengan sangat cepat. Jika dulu untuk mengirim pesan, barang, atau bepergian membutuhkan waktu yang lama, saat ini semua itu bisa dilakukan sekejap mata dengan teknologi internet, pesawat, dan moda transportasi lainnya

Kemudian makna redaksi hadits “Bumi dilipat dan disatukan satu sama lain” bisa dipahami sebagai hilangnya sekat dan batas jarak. Di era digital saat ini kita bisa berbicara, melihat, bahkan bekerja sama dengan orang yang berada di ujung dunia tanpa harus bertemu secara fisik. Seolah-olah bumi ada dalam genggaman kita.

Semua kemudahan saat ini bisa dilakukan dengan satu alat yang bernama handphone (HP) atau smartphone. Benda ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Mau tidur memegang HP, bangun tidurpun HP yang pertama kali dipegang. Meski membawa manfaat besar, penggunaan HP yang berlebihan tanpa kendali dapat menimbulkan dampak negatif, khususnya bagi anak-anak dan keluarga. Kecanduan HP bisa melemahkan ikatan sosial, menurunkan konsentrasi belajar, serta menjauhkan seseorang dari nilai-nilai keislaman. Kecanduan pada HP bisa menjadikan kita lalai dalam ibadah dan juga muamalah.

Dampak kecanduan HP pun bisa bersifat fisik, psikologis, sosial, dan juga spiritual. Di antara gangguan fisik adalah gangguan pola tidur atau insomnia, kerusakan mata akibat radiasi cahaya biru dari layar HP, sakit leher dan punggung karena postur tubuh yang buruk saat menggunakan HP dan penurunan kebugaran karena kurangnya aktivitas fisik. Dampak psikologis bisa berupa kecemasan dan stres jika tidak memegang HP atau nomophobia, penurunan fokus dan konsentrasi dalam belajar atau bekerja, dan ketergantungan digital yang mengganggu keseimbangan emosi. Untuk dampak Sosial terlihat dari menurunnya kualitas komunikasi keluarga karena lebih banyak waktu di depan layar daripada bersama keluarga, mengisolasi diri dari lingkungan sekitar, dan meniru perilaku buruk dari media sosial yang tidak sesuai dengan nilai Islam

Sementara dampak spiritual adalah melalaikan ibadah seperti shalat karena terlalu asyik bermain HP, mengurangi waktu untuk mengaji, berdoa, atau berdzikir, dan terpapar konten yang tidak sesuai syariat, seperti hiburan yang melalaikan atau bahkan maksiat.

Islam sebagai agama yang sempurna memberikan panduan dalam menjaga waktu, mendidik anak, dan memanfaatkan teknologi secara bijak. Oleh karena itu, penting bagi setiap orang tua dan anggota keluarga untuk menanamkan nilai kedisiplinan dan tanggung jawab dalam penggunaan HP dan tidak berlebih-lebihan. Allah tidak suka kepada tindakan berlebih-lebihan. وَلَا تُسْرِفُوْاۚ اِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِيْنَ Artinya: "Janganlah berlebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan" (QS Al-A'raf: 31).

Untuk menghindarkan diri dan anak dari kecanduan HP dibutuhkan pendekatan yang konsisten dan penuh kesadaran. Di antaranya adalah dengan membuat aturan penggunaan HP yang jelas. Tentukan waktu khusus untuk penggunaan HP, misalnya hanya setelah tugas sekolah selesai. Larang penggunaan HP saat makan, belajar, atau sebelum tidur. Orang tua juga harus menjadi contoh yang baik karena anak akan meniru orang tua. Jika orang tua bijak dalam memakai HP, maka anak akan lebih mudah diatur dalam menggunakan HP.

Sebagai orang tua, kita juga harus mampu mengisi waktu dengan aktivitas positif. Libatkan anak dalam kegiatan fisik, seperti bermain di luar, olahraga, membaca buku, menggambar, atau berkebun. Jadwalkan waktu khusus untuk bermain bersama tanpa HP. Kita juga harus membangun komunikasi yang sehat dengan anak. Sering ajak bicara anak tentang bahayanya kecanduan HP, dampaknya bagi kesehatan mata, tidur, dan perkembangan sosial.

Mari kita hindari aktivitas menggunakan HP yang dapat melalaikan ibadah dan muamalah sehingga tujuan utama kita hidup di dunia ini menjadi salah arah. Kita harus menjadikan teknologi sebagai wasilah atau perantara bukan menjadi ghayyah atau tujuan. Semoga kita dan keluarga kita senantiasa diberikan perlindungan dan hidayah oleh Allah swt dari hal-hal yang tidak bermanfaat. Amin.  

Jumat, 25 April 2025

Asyairah yang tidak sadar kalau aqidah yang mereka yakini selama ini mazhab Asyairah!!!

Dibeberapa negara Islam didunia, awam muslimin mengikuti mazhab ahlussunah baik asy'ariyah, maturidiyah dan fudhala hanabilah tanpa tau bahwa aqidah mereka dalam istilah ilmiyah adalah asy'ariyah, maturidiyah dan fudhala hanabilah(selanjutnya kita tulis asyairah aja karena sering dipakai untui menunhukan madrasah ahlussunnah secara umum), mereka hanya tau bahwa mereka sunny(ahlussunah wal jamaah), adapun hal mendetail seperti penamaan asy'ariyah-maturidiyah untuk ahlussunah wal jamaah. Banyak dari mereka yang awam banget ga tau penamaan ini.


Biasanya baru ketahuan bahwa mereka asyairah saat ada mazhab lain yang menurut mereka berbeda dengan yang mereka yakini atau guru mereka ajarkan, mereka akan menamakan ajaran diluar yang guru mereka ajarkan sebagai wahabi, syiah, liberal, sesat dll, dan mereka menamai ajaran mereka sebagai ahlussunnah wal jamaah, jadi ketahuan dari risihnya mereka pada ajaran yang berbeda dengan guru mereka


Misalnya saat ada orang mengatakan tuhan bisa duduk diatas arasy sebagaimana kita duduk diatas kursi, atau tuhan punya tangan fisikal, mereka langsung mengingkari dengan hati mereka, menganggap itu ajaran aneh, walaupun mereka ga tau cara menjawabnya, dan begitu ada ustad yang menjawabnya maka dia akan mewakilkan pada ustadz tersebut, jadi mereka ahlussunnah wal jamaah yang muqashir, tapi bukan mubtadi'


Coba aja anda sesatkan para imam yang populer dikalangan awam, seperti imam nawawi, imam Ghazali, syeikh abdul qadir jailany, mereka akan ngamuk. Atau yang lebih awam coba sesatkan ulama yang jadi simbol disuatu daerah dan dikenal luas sebagai waliyullah yang dianggap representasi islam mereka, biasanya tokoh yang memasukan mereka islam atau berjasa dalam dakwah, seperti walisongo dijawa, datuk kalampayan dikalimantan, syiah kuala diaceh, dll dimana hampir semua mereka asyairah. Pasti akan membuat mereka marah, dan akan dimusuhi karena anda akan dianggap ajaran sesat. Begitulah keadaan dilapangan


Dan uniknya lagi, sangat banyak dari awam asyairah, malah lebih familiar dengan penisbatan diri mereka pada gerakan dakwah asyariyah dan maturidiyah didaerah mereka daripada menisbatkan diri mereka langsung pada asyairah, hanya awam yang rajin ngaji saja yang sadar ternyata madrasah dakwah yang mereka ikuti dan aqidah yang mereka pelajari pada ustadz-ustadz dalam madrasah dakwah itu ternyata asy'ariyah-maturidiyah, adapun awam yang sangat awam mereka menjadi asyairah tanpa tau mereka asyairah, mereka taunya hanya ikut madrasah dakwah itu


Misalnya dijawa, disana ada madrasah dakwah asy'ariyah-maturidiyah bernama NU, banyak warga NU ga tau bahwa ternyata aqidah yang selama ini mereka pelajari dari ustad NU dan mereka yakini sebagai aqidah mereka ternyata ajaran asyairah, jadi sebagian awam asyairah dijawa lebih sering menyebut diri mereka sebagai pengikut ahlussunnah yang mengikuti ajaran madrasah/organisasi NU. Kalau kami diaceh sering mengatakan ikut tengku Dayah atau Aswaja. Dan begitu juga dengan madrasah dakwah lainnya di indonesia.


Dinegara lain juga sering terjadi. Kalau diasia selatan ada madrasah barlelvi dan deobandi yang maturidi. Kalau di asia tengah mereka menyebut diri mereka hanafi. Kalau di afrika barat mereka mengenalkam diri mereka sebagai ahlussunnah dengan madrasah tijaniyah, isinya ya sama saja, asyariah. Atau yang transnasional seperti jamaah tabligh, banyak yang tidak tau, ternyata aqidah yang diajarkan masyaikh mereka itu adalah asyairah hehe.


Kalau dibeberapa negara arab dan turki mereka mengenalkan diri mereka sebagai ahlussunnah dengan madrasah sufi, yang mengajar didalam madrasah itu isinya ustad dan ulama asyairah. Kalau dimesir mereka menamakan diri mereka sebagai ahlussunnah bermadrasahkan azhary. Dll. Begitulah mayoritas awam umat islam diseluruh dunia, dalam mengidentifikasi keyakinan yang mereka ikuti. Memang penisbatan diri pada nama mazhab itu bukan ushul aqidah, tapi sangat penting diketahui, agar lebih terarah dalam beragama.


Dan kalau diperhatikan ustadz-ustadz yang mengajar dimadrasah itu, atau ulama yang mereka jadikan rujukan dimadrasah itu ya asyairah, hanya saja awam yang jarang ngaji atau pengetahuan islamnya pas-pasan ga tau nama itu, tapi hanya tau nama madrasah yang mengajarkan aqidah itu. Dan itulah gambaran umum umat Islam didunia, ga perlu jauh, keluarga terdekat saya, dan keluarga anda pun banyak yang seperti itu, padahal mereka hafal sifat 20, wujud qidam baqa, dst dan hafal 4 sifat nabi shiddiq amanah tabligh fatanah, tapi mereka ga tau ternyata itu dasar dari aqidah mazhab asyariyah hehe


Satu sisi kita bersyukur bahwa mayoritas umat menisbatkan diri pada madrasah ahlussunnah yang benar, dan menjadi sawadul a'dham dalam umat muhammad saw, tapi disatu sisi kita sedih, ketika disuatu daerah banyak yang tidak menyadari itu, hehe. Itu berarti kebanyakan mereka jarang ngaji dan sangat awam tentang agama mereka, bahkan untuk urusan aqidah, dan itu akan jadi masalah jika keterusan


Itu karena mereka sangat bergantung pada tokoh, jika nanti tokoh itu melenceng sedikit maka melenceng juga mereka, begitu ada sedikit goncangan, dan rujukan mereka ga mampu menjawab atau mereka ga punya akses bertanya pada rujukan, maka dengan mudah mereka terguncang, karena lemahnya kesadaran identitas, jadi mereka beragama mengikuti doktrin dan tradisi saja, walaupun tradisi dari orang yang aqidahnya benar, tapi tetap saja rawan pada goncangan identitas. semoga allah memperbaiki keadaan umat islam


Masih banyak pr yang harus diselesaikan. Dan aku yakin banyak dari yang baca status ini pernah melewati fase bahwa mereka hanya tau kita ahlussunah wal jamaah, tapi ga sadar bahwa ternyata kita asyairah, bahkan jangan heran sampai status ini ditulis banyak dari mereka masih kurang menangkap bahwa aqidah yang mereka ikuti itu ternyata asy'ariyah-maturidiyah, ya masih samar-samar lah, antara iya dan tidak, karena belum terlalu paham, betul kan? Karena begitulah keadaan umat islam hari ini. Tenang aja, belajar pelan-pelan. Yang dulu pernah melewati fase itu atau masih bingung kalau ternyata kita itu asyairah, ayo ngakuuuu!!. Ahhaa. Wallahualam.

Nabi Musa dan Khizir

Yang Salah dan Yang Benar Tentang Nabi Khidir dan Nabi Musa

Nabi Khidir lebih hebat dari Nabi Musa ❌
Nabi Musa jauh lebih hebat dari Nabi Khidir sebab beliau Ulul Azmi. Sedangkan Nabi Khidir bukan hanya non-Ulul Azmi bahkan kenabiannya pun masih diperdebatkan ✅

Nabi Musa diperintah mengikuti ajaran Nabi Khidir ❌
Nabi Musa hanya diperintah membersamai Nabi Khidir untuk melihat perintah Allah yang tidak diterima oleh Nabi Musa ✅ 

Nabi Khidir menjadi gurunya Nabi Musa ❌
Nabi Khidir menjadi kawan perjalanan Nabi Musa yang punya misi berbeda dari Allah ✅

Allah mau menunjukkan bahwa Nabi Khidir lebih alim daripada Nabi Musa ❌ 
Allah mau menunjukkan bahwa Nabi Musa tidak mengetahui semua hal sehingga tidak boleh merasa paling alim. Beberapa hal memang tidak disampaikan oleh Allah kepada Nabi Musa tapi ke hambanya yang lain, yakni Khidir, sehingga kalau bertemu dengannya maka Nabi Musa akan sadar bahwa dia sebagai Rasulullah pilihan yang posisinya tertinggi di masa itu tetap saja tidak mengetahui segala hal ✅

Nabi Khidir punya ajaran lain yang melampaui syari'at/fikih ❌ 
Nabi Khidir tidak membawa ajaran khusus apapun, ia tetap terikat dengan syari'at/fikih yang dibawa Rasul sehingga pada akhirnya dia menjelaskan bahwa seluruh tindakannya sebenarnya sesuai dengan fikih yang dipahami Nabi Musa ✅

Nabi Khidir sudah di level hakikat sedangkan Nabi Musa masih Syariat ❌
Nabi Khidir dan Nabi Musa sama-sama ahli Syariat sekaligus ahli Hakikat dan Ma'rifat. ✅

Nabi Khidir tidak terikat syariat ❌
Semua Nabi, termasuk Nabi Khidir, terikat syariat. Hanya saja beberapa tindakan Nabi Khidir tidak dijelaskan sisi kesesuaiannya dengan syari'at di awal-awal kejadian sehingga muncul salah paham seolah melanggar syariat padahal tidak ✅

Ilmu hakikat Nabi Khidir tidak mungkin dipahami Nabi Musa apalagi orang lain yang masih level Syariat ❌ 
Ilmu hakikat Nabi Khidir justru mudah dipahami semua orang, bahkan oleh orang bodoh sekali pun, ketika alasan tindakannya diceritakan. Semua orang akan paham bahwa merusak sebagian sisi perahu anak yatim adalah tindakan baik untuk menolong mereka ketika tahu bahwa perusakan itu agar perahunya tidak dirampas paksa oleh penguasa yang konsekuensinya anak yatim tersebut kehilangan satu-satunya sumber nafkah. Tindakan Nabi Khidir tersebut sesuai dengan kaidah fikih tentang wajibnya menolak kemudharatan yang lebih besar. Tidak ada bagian yang rumit, misterius dan sulit dipahami dari hakikat ini yang sesungguhnya adalah ajaran syariat (fikih). Hanya saja alasan tersebut tidak diceritakan di awal sehingga sempat menimbulkan salah paham. ✅

Kalau mengikuti jalan Nabi Khidir, maka tidak masalah ketika orang lain tidak paham dan menganggap sesat sebab mereka belum sampai ❌
Kalau mengikuti jalan Nabi Khidir, maka wajib menjelaskan kepada orang lain bahwa tindakannya sebenarnya sesuai syariat, tidak membuat-buat, dan punya pertimbangan syar'i (dalil) yang valid. Nabi Khidir sendiri menjelaskan semua kesesuaian tindakannya dengan syari'at setelah Nabi Musa tidak sabar meminta penjelasan. Jalan Nabi Khidir bukan malah tidak mau menjelaskan "kenyelenehan" sebab memang nyata tidak ada dalilnya, apalagi malah menuduh orang lain tidak sampai lalu sok berlagak hanya dirinya yang sampai sendiri ✅

Boleh ikut ajaran Nabi Khidir tanpa ikut Syariat Nabi Muhammad ❌
Umat terdahulu wajib ikut syariat Nabi Musa, bukan Khidir. Umat sekarang wajib ikut syariat Nabi Muhammad, Bukan Khidir. Nabi Khidir pun sekarang wajib ikut Syariat Nabi Muhammad, begitu pula dengan Nabi Isa nanti ketika turun kembali dan Imam Mahdi ketika muncul nanti, semuanya wajib ikut syariat Nabi Muhammad. Semua Nabi hanya muqaddimah bagi kemunculan Nabi Muhammad, makhluk paling agung. Semua waliyullah setelah Nabi Muhammad menjadi wali sebab mereka mengikuti syariat Nabi Muhammad ✅

Semoga bermanfaat

Ateisme

 Mustahil bagi seorang Taimiy membantah ateisme sebab sama-sama penganut materialisme. Dalam paradigma materialisme, yang "terbukti"dan konsisten secara logis adalah ateisme, bukan tajsim.


Ada pun bagi seorang Ahlussunah wal Jamaah (Asy'ariyah-Maturidiyyah) maka itu mudah sebab sejak awal tidak memakai paradigma materialisme yang mendoktrin bahwa yang wujud hanya materi dan sifat-sifat materi. Tuhan dalam hal ini bukan materi sehingga pembuktiannya tidak bisa dilakukan seperti pembuktian keberadaan materi.


Taimiyun karena sadar ketidak mampuannya membuktikan Tuhan yang diyakininya sebagai materi, maka mereka biasanya memakai dogma atau kepercayaan umum. Cara ini lemah sebab ketika ateis mengatakan bahwa itu semua hanya dongeng dan ada populum (salah satu sesat pikir karena hanya berlandaskan pada kepercayaan umum tanpa pembuktian saintifik), maka mereka kelabakan tidak mungkin menjawab.


Satu-satunya jalan pembuktian keberadaan Tuhan hanyalah metode mutakallimin yang berbasis argumen rasional berupa argumen huduts atau argumen imkan. Karena Taimiyun mengharamkan metode ini, maka tidak ada jalan bagi mereka untuk menolak ateisme. Lihat saja.

Generalisasi Berlebih Fisika Kuantum

Tidak satu-dua kali ini saya temukan rekan-rekan yang mengajukan argumen lemahnya bangunan ilmu kalam berdasarkan temuan-temuan dalam bidang fisika kuantum. Seakan-akan ingin mengatakan, "ilmu kalam sudah usang karena fisika kuantum."


Tak jarang, argumen-argumen tersebut juga diiringi dengan pernyataan sebab-akibat yang cukup bombastis. Contoh: meninggalkan konsep akidah tertentu sebab bertentangan dengan sains, untuk kemudian memeluk konsep akidah lain yang ia rasa lebih sesuai dengan sains.


Kemarin saya menjumpai sebuah komentar panjang yang didalamnya terdapat sebuah paragraf dengan nada yang mirip:


"Perkembangan fisika kuantum modern, melalui konsep superposisi, ketidakpastian (Heisenberg), dan non-lokalitas (Bohm), telah mematahkan fondasi logika dan ontologi Aristotelian. Konsep klasik seperti substansi dan aksiden tak lagi memadai menjelaskan realitas fisik, apalagi metafisik. Maka, bila landasan logis kalam masih berpijak pada kategori ontologis kuno itu, ia justru menjadi rentan terhadap kritik saintifik maupun filosofis kontemporer."


Komentar yang sangat keren dan meyakinkan! Apalagi diiringi dengan istilah-istilah khas fisika kuantum. Sayangnya, bila ditelusuri lebih jauh, terdapat beberapa kesalahan fatal.


Kesalahan paling mendasar komentar diatas ialah menggeneralisasi domain ilmu: klaim bahwa temuan fisika kuantum (empiris, sementara ini terbatas pada dunia subatomik) secara otomatis membatalkan validitas ontologi dan logika yang dikembangkan dalam konteks metafisik.


Jamak diketahui bila fisika kuantum beroperasi dalam domain empiris partikular dan model matematis, bukan dalam domain metafisika universal. Apa sulitnya melihat bahwa ontologi Aristotelian membahas struktur dasar keberadaan secara umum (substansi, aksiden, kausalitas), sedangkan teori kuantum membahas fenomena eksperimental secara khusus?


Menyimpulkan bahwa perubahan teori fisika (dari klasik ke modern atau kuantum) menyebabkan batalnya seluruh kerangka metafisika adalah lompatan logika yang tidak sah. 


Ini seperti mengatakan pergeseran teori warna dari sifat bawaan suatu benda (mengikuti kerangka berpikir Aristotelian) menjadi bukan sifat bawaan suatu benda (mengikuti teori pembiasan cahaya oleh Newton), menyebabkan gugurnya estetika seni rupa!


Kesalahan berikutnya ialah kesalahan kategori: menganggap konsep seperti "substansi" dan "aksiden" adalah teori (fisika) klasik, padahal mereka adalah konsep metafisika.


Fisika (mau yang klasik, modern, atau kuantum) tidak pernah dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan seperti "apa itu keberadaan?" atau "apa sifat dasar sesuatu yang ada?"— justru itu adalah tugas metafisika.


Fisika berusaha menjawab "bagaimana", bukan "apa". Ia bergantung pada model, bukan hakikat mutlak. Pun, idealnya, ia diam terhadap makna dan eksistensi.


Karena itu, ilmuwan seperti Heisenberg (iya, nama yang disebut dalam komentar tersebut) menyadari keterbatasan epistemologis eksperimen kuantum dan tidak serta-merta mengklaim telah menggusur seluruh bangunan filsafat klasik.


Maka, menyimpulkan bahwa temuan eksperimental menggugurkan konsep substansi dan aksiden berarti salah memahami fungsi dan domain masing-masing disiplin ilmu!


Kesalahan berikutnya ialah menganggap fisika kuantum pasti menolak determinisme dan kausalitas klasik. Padahal, tidak ada konsensus tunggal di kalangan ilmuwan tentang interpretasi fisika kuantum.


Contoh paling jelas ialah "permusuhan" Interpretasi Kopenhagen (yang bersifat probabilistik) dengan Bohmian Mechanics (yang bersifat deterministik dan realistis). Bahkan, Many Worlds Interpretation pun masih mempertahankan struktur deterministik dalam kerangka multiverse.


Artinya, klaim bahwa “fisika kuantum mematahkan seluruh kausalitas” adalah reduktif dan tidak mewakili kompleksitas diskursus ilmiah aktual!


Terdapat satu lagi paragraf yang mirip dalam komentar yang sama:


"Sebaliknya, argumen kalam seperti huduts atau imkan meskipun tampak rasional, sering kali terbukti tidak efektif dalam menjawab ateisme kontemporer. Argumen-argumen ini masih bergantung pada asumsi kausalitas linier dan keberlakuan kategori universal, yang kini ditantang oleh filsafat bahasa seperti Wittgenstein dan oleh fisika modern yang mengungkap realitas sebagai sesuatu yang lebih kompleks dan tidak terdefinisi secara deterministik."


Lagi-lagi ia menyatakan bahwa fisika modern (meski sebelumnya ia gunakan diksi "kuantum") membatalkan determinisme dan kategori universal begitu saja.


Memang benar adanya bila dikatakan fisika modern/kuantum memperkenalkan probabilitas, ketidakpastian, dan non-lokalitas, tapi tidak berarti meniadakan kausalitas atau kategori universal secara total.


Buktinya, banyak ilmuwan tetap menggunakan kategori universal seperti energi, ruang, waktu, struktur dan tetap mempertahankan prinsip-prinsip kausal dalam skala makro atau bahkan dalam model multiverse.


"What we observe is not nature itself, but nature exposed to our method of questioning."

— Werner Heisenberg, Physics and Philosophy (1958)

Multiverse

 Ada yang bilang kemungkinan adanya multiverse menurut fisika modern membuktikan bahwa ilmu kalam Asy'ariyah salah dan tidak memadai lagi. Hehe... Dia tidak tahu bahwa pembahasan kemungkinan multiverse sudah dilakukan oleh Imam ar-Razi al-Asy'ari sekian abad lalu sebelum semua fisikawan bicara soal itu.


Akidah Asy'ariyah adalah satu-satunya akidah yang akan kompatibel dengan semua fakta saintifik. Kalau ada yang menyangka ada pertentangan, maka ada kalanya ia tidak paham akidah Asy'ariyah atau bahasan yang saintifik itu masih asumsi teoritis yang lemah.

Orang Yang Mati Dengan Keinginan Yang Belum Tercapai

 Saya beberapa kali nonton film dengan tema orang yang arwahnya gentayangan belum naik ke langit sebab mempunyai keinginan yang belum tercapai selama hidup. Tentu saja itu bukan akidah kaum muslimin tapi akidah non-muslim. Saya tidak akan membahas itu tapi ada satu hadis yang berbicara tentang mereka yang mati saat mempunyai keinginan yang belum sempat terlaksana selama hidup, yaitu:


عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ العَاصِي عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ هَلْ تَدْرُونَ أَوَّلَ مَنْ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مِنْ خَلْقِ اللَّهِ قَالُوا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ أَوَّلُ مَنْ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مِنْ خَلْقِ اللَّهِ الْفُقَرَاءُ وَالْمُهَاجِرُونَ الَّذِينَ تُسَدُّ بِهِمْ الثُّغُورُ وَيُتَّقَى بِهِمْ الْمَكَارِهُ وَيَمُوتُ أَحَدُهُمْ وَحَاجَتُهُ فِي صَدْرِهِ لَا يَسْتَطِيعُ لَهَا قَضَاءً فَيَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ لِمَنْ يَشَاءُ مِنْ مَلَائِكَتِهِ ائْتُوهُمْ فَحَيُّوهُمْ فَتَقُولُ الْمَلَائِكَةُ نَحْنُ سُكَّانُ سَمَائِكَ وَخِيرَتُكَ مِنْ خَلْقِكَ أَفَتَأْمُرُنَا أَنْ نَأْتِيَ هَؤُلَاءِ فَنُسَلِّمَ عَلَيْهِمْ قَالَ إِنَّهُمْ كَانُوا عِبَادًا يَعْبُدُونِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَتُسَدُّ بِهِمْ الثُّغُورُ وَيُتَّقَى بِهِمْ الْمَكَارِهُ وَيَمُوتُ أَحَدُهُمْ وَحَاجَتُهُ فِي صَدْرِهِ لَا يَسْتَطِيعُ لَهَا قَضَاءً قَالَ فَتَأْتِيهِمُ الْمَلَائِكَةُ عِنْدَ ذَلِكَ فَيَدْخُلُونَ عَلَيْهِمْ مِنْ كُلِّ بَابٍ { سَلَامٌ عَلَيْكُمْ بِمَا صَبَرْتُمْ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِ }


"dari Abdullah bin Amr bin Ash dari Rasulullah ﷺ, beliau bersabda, "Tahukah kalian diantara makhluk Allah yang paling pertama masuk surga?" Para sahabat menjawab, "Allah dan rasul-Nya yang lebih mengetahui." Beliau bersabda, "Diantara makhluk Allah yang paling pertama kali masuk surga adalah golongan orang-orang fakir dan orang-orang yang berhijrah untuk mengisi tapal-tapal perbatasan antara kaum muslimin dan kafir, yang dengan perantara mereka malapetaka dapat dihindarkan, dan salah seorang di antara mereka wafat sedangkan keinginan yang masih berada di dadanya tidak dapat terlaksana, maka Allah berkata kepada salah satu dari malaikat yang dikehendaki-Nya: 'Datangilah mereka dan ucapkanlah selamat kepada mereka!' Maka malaikat itu berkata, 'Kami adalah para penghuni langit dan semulia-mulianya makhluk-Mu, kenapa Engkau menyuruh kami untuk mendatangi mereka dan memberi salam kepada mereka?' Allah berkata, 'Sesungguhnya mereka adalah para hamba yang beribadah kepada-Ku dan tidak menyekutukan-Ku dengan yang lain, mereka menjaga tapal batas antara kaum muslimin dan orang kafir, dan dengan mereka pula dapat dihindarkan malapetaka, ada salah seorang dari mereka yang mati sedang dalam dadanya masih keinginannya yang tidak bisa ia penuhi.'" Beliau berkata, "Maka para malaikat itupun mendatangi mereka dan masuk dari setiap pintu yang ada (seraya mengucapkan), 'Salamun 'alaikum bima shabartum (Keselamatan atas kalian oleh karena kesabaran kalian).' Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu."


Hadis tersebut bercerita tentang para mujahid yang berjaga di perbatasan, yang melindungi kaum muslimin dari serangan musuh, yang saking sibuknya mereka di sana, di antara mereka ada yang mempunyai keinginan-keinginan pribadi yang belum tercapai selama hidup tetapi mereka wafat dalam menjalankan tugas. Mereka adalah golongan orang-orang yang masuk surga pertama kali. 


Orang-orang yang sibuk mewakafkan dirinya demi membela dan membantu orang lain biasanya punya kepentingan personal yang tidak tercapai sebab kesibukannya. Nanti Allah akan menyediakan surga terindah untuk mereka. Semoga kita bisa seperti itu.