Sabtu, 01 Maret 2025

PUASA DAN KISAH MAJUSI



Miris, mungkin inilah kata yang menggambarkan keadaan orang yang berpuasa hari ini, ada yang sudah terawih tapi tidak jadi puasa, karena ada berita tidak terlihat hilal, ada yang sudah puasa tapi kemudian membuka puasanya karena orang bilang tidak sah puasa karena belum masuk waktu, lalu di warung orang duduk ngopi kembali sambil mensyiarkan bahwa tidak ada puasa hari ini.


Ada sebuah kisah dalam kitab "Durratun Nasihin", walaupun kesahihan kisah ini bisa diperdebatkan , tapi setidaknya bisa menjadi iktibar pelajaran bagi kita untuk saling hormat menghormati terutama kepada orang yang sedang menjalankan puasa.

Begini ceritanya:


Pada suatu hari di bulan Ramadhan yang terik, ada seorang lelaki Majusi (penyembah api) yang pergi ke pasar bersama anaknya. Siang itu, matahari Ramadhan begitu menyengat sehingga membuat suhu udara kota semakin panas, menambah rasa lelah dan haus bagi kaum Muslimin yang sedang menjalankan ibadah puasa.


Di tengah kesibukan pasar dan hiruk pikuknya aktivitas jual beli, anak si Majusi tersebut tanpa sengaja makan di depan umum. Bagi anak itu, makan di siang hari adalah hal yang biasa karena mereka bukan pemeluk agama Islam dan tidak menjalankan ibadah puasa. Namun, hal ini justru mendapat perhatian dari sang ayah.


Ketika melihat putranya menyantap makanan dengan lahapnya tanpa menghiraukan kaum Muslim di sekitar yang sedang menahan lapar dan dahaga, sang ayah lantas memukul anaknya. Ia memarahi anaknya dengan berkata, "Mengapa engkau tidak menjaga kehormatan kaum Muslimin pada bulan Ramadhan? Seharusnya engkau pandai menghormati umat Islam yang sedang menjalankan puasa, tapi mengapa kamu tidak tahu diri dengan cara makan di tengah pasar?


Tindakan sang ayah Majusi ini menunjukkan sikap penghormatan yang tinggi terhadap umat Islam yang sedang menjalankan ibadah puasa. Meskipun ia bukan seorang Muslim, ia memahami pentingnya menghormati praktik keagamaan orang lain dan mengajarkan nilai-nilai tersebut kepada anaknya. Inilah bentuk etika sosial yang tinggi, yang menunjukkan bahwa menghormati perbedaan adalah bagian dari nilai-nilai kemanusiaan.


Tak lama setelah kejadian tersebut, lelaki Majusi itu meninggal dunia. Pada malam harinya, ada seorang ulama yang bermimpi melihat lelaki Majusi tersebut berada di surga, dikelilingi nikmat yang tiada tara. Melihat pemandangan ini, sang ulama merasa heran dan bertanya, "Wahai fulan, bukankah engkau seorang Majusi (penyembah api)? Mengapa engkau bisa berada di surga?"


Lelaki yang dahulu Majusi itu menjawab, "Memang benar, dulu aku adalah seorang Majusi. Tetapi, saat tiba waktu kematian, aku mendengar suara dari atas, 'Wahai para Malaikat-Ku, jangan kalian biarkan orang itu sebagai Majusi. Muliakanlah dia dengan Islam karena telah menghormati bulan Ramadhan'. Sebelum aku meninggal, Allah memuliakanku dengan memberi hidayah sehingga aku memeluk agama Islam sebab aku memuliakan bulan Ramadhan dengan menjaga kehormatan kaum Muslimin yang menjalankan ibadah puasa."


Kisah ini menegaskan bahwa orang Majusi yang bukan Islam saja bisa menghormati orang yang sedang berpuasa, lalu kenapa kita yang sesama Islam tidak bisa menghargai sesama Islam, karena semua tahu bahwa hari ini ada orang yang puasa ada yang tidak, apa susahnya sekedar menghormati saja mereka yang berpuasa, ini yang sangat kita sayangkan kenapa harus ada embel embel orang yang puasa hari ini puasanya tidak sah dan sebagainya yang membuat orang yang berpuasa jadi kacau dan membatalkan puasa nya.

Miris...


Pirak Timu, 1 Maret 2025

Tidak ada komentar:

Posting Komentar