ولا أعني بالخلاف في ذلك، أنَّ مِنَ العلماء من جعلها إحدى عشرة بعد أن استقرت عشرين في زمن عمر، وإنما أشرت إلى الفعل الأول في زمن عمر، على ما تقدم في اختلاف الرواية فيه، وإلى ما نقل عن مالك أنه قال في مختصر ما ليس في المختصر : الذي يأخذ بنفسي في ذلك، الذي جمع عليه عمر الناس، إحدى عشرة ركعة بالوتر، وهي صلاة النبي ، وإحدى عشرة من ثلاث عشرة قريب (۱) ، قال (۲) اللخمي من المالكية .
Dan yang saya maksud dengan perbedaan dalam hal ini bukanlah bahwa ada di antara para ulama yang menjadikannya sebelas rakaat setelah jumlahnya tetap dua puluh (rakaat) pada masa Umar. Akan tetapi, saya merujuk pada praktik awal di masa Umar, sebagaimana telah disebutkan sebelumnya mengenai perbedaan riwayat tentang hal itu, serta pada apa yang dinukil dari Imam Malik bahwa beliau berkata dalam Mukhtashar Ma Laysa fi al-Mukhtashar: "Yang aku pegang dalam hal ini adalah apa yang Umar kumpulkan orang-orang atasnya, yaitu sebelas rakaat dengan witir, dan itulah shalat Nabi. Sebelas rakaat tidak jauh dari tiga belas." Demikian pendapat Al-Lakhmi dari mazhab Maliki.
والذي عليه الناس اليوم مذهب الشافعي وأهل العراق.
وذكر ابن حبيب عن عمر أنه [١/٤٦] كان أمر أن يقام في رمضان بإحدى عشرة، ثم رجع إلى ثلاث وعشرين (۳).
Sementara itu, mazhab yang diikuti oleh orang-orang hari ini adalah mazhab Syafi'i dan penduduk Irak.
Sedangkan, Ibnu Habib meriwayatkan dari Umar bahwa beliau awalnya memerintahkan agar shalat di bulan Ramadan dilakukan dengan sebelas rakaat, kemudian beliau kembali kepada jumlah dua puluh tiga rakaat."
قلت : وكذلك هو عمل السلف، وهو رواية يزيد بن رومان كما تقدم في الموطأ» ويزيد بن رومان لم يدرك زمان عمر ، لكنه عالم كبير، واعتضد برواية السائب بن يزيد عن عمر في عشرين، وقد تقدم أنها صحيحة، وبعمل السلف.
Komentarku:
Demikian pula itulah amalan para salaf, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Yazid bin Ruman, sebagaimana telah disebutkan sebelumnya dalam Al-Muwaththa'. Yazid bin Ruman sendiri tidak sempat hidup pada zaman Umar, namun ia adalah seorang ulama besar. Riwayatnya diperkuat dengan riwayat As-Sa'ib bin Yazid dari Umar mengenai dua puluh rakaat, yang telah disebutkan sebelumnya bahwa riwayat tersebut sahih, serta diperkuat pula dengan amalan para salaf.
وروى أبو بكر بن أبي شيبة ، ثنا وكيع عن مالك بن أنس، عن يحيى بن سعيد : «أَنَّ عُمَرَ بْنَ الخَطَابِ الله [أَمَرَ رَجُلاً أَنْ يُصَلِّيَ بِهِمْ عِشْرِينَ رَكْعَةً (٥) ، هذا مرسل كمرسل يزيد بن رومان ويحيى بن سعيد عالم كبير أيضاً .
Abu Bakr bin Abi Syaibah meriwayatkan, dari Waki', dari Malik bin Anas, dari Yahya bin Sa'id:
"Bahwa Umar bin Khattab memerintahkan seseorang untuk mengimami mereka dengan dua puluh rakaat."
Riwayat ini berstatus mursal, sebagaimana riwayat mursal Yazid bin Ruman. Yahya bin Sa'id juga merupakan seorang ulama besar.
أخبرنا بهذا عن يحيى بن سعيد، أبو البقاء، صالح بن مختار ()، قراءة عليه وأنا أسمع، أنا أبو العباس أحمد بن عبد الدائم بن نعمة المقدسي (7)، قراءة عليه وأنا أسمع، أنا أبو الفرج، يحيى بن محمود بن سعد الثقفي (١) ، قراءة عليه وأنا أسمع، أنا الحافظ أبو القاسم، إسماعيل بن محمد بن الفضل التيمي (٢) الأصبهاني (۳) ، أنا أحمد بن علي بن خلف (٤)، أنا حمزة بن عبد العزيز المهلبي (٥) ، أنا أبو القاسم عبيد الله بن إبراهيم بن بالويه (٦)، أبنا أبو زكريا، يحيى بن محمد بن يحيى (٧) ، ثنا أبو بكر ابن أبي شيبة، ثنا وكيع، عن مالك بن أنس، عن يحيى بن سعيد فذكره.
Riwayat ini disampaikan kepada kami dari Yahya bin Sa‘id oleh Abu al-Baqa’ Shalih bin Mukhtar—dibacakan di hadapannya sementara aku mendengar—dari Abu al-‘Abbas Ahmad bin ‘Abd al-Da’im bin Ni‘mah al-Maqdisi—dibacakan di hadapannya sementara aku mendengar—dari Abu al-Faraj Yahya bin Mahmud bin Sa‘d al-Tsaqafi—dibacakan di hadapannya sementara aku mendengar—dari al-Hafizh Abu al-Qasim Isma‘il bin Muhammad bin al-Fadl al-Taimi al-Asbahani—dari Ahmad bin ‘Ali bin Khalf—dari Hamzah bin ‘Abd al-‘Aziz al-Mahlabi—dari Abu al-Qasim ‘Ubaidullah bin Ibrahim bin Baluwaih—dari Abu Zakariya Yahya bin Muhammad bin Yahya—dari Abu Bakr bin Abi Shaybah—dari Waki‘—dari Malik bin Anas—dari Yahya bin Sa‘id, lalu ia menyebutkan riwayat tersebut.
وبالإسناد إلى وكيع، عن حسن بن صالح، عن عمرو بن قيس، عن أبي الحسناء: «أَنَّ عَلِيَّاً له أَمَرَ رَجُلاً يُصَلِّي بِهِمْ فِي رَمَضَانَ عِشْرِينَ رَكْعَةٌ ) .
Dan dengan sanad yang bersambung hingga Waki‘, dari Hasan bin Shalih, dari ‘Amr bin Qais, dari Abu al-Hasna’:
"Bahwa Ali memerintahkan seseorang untuk mengimami mereka dalam shalat di bulan Ramadan sebanyak dua puluh rakaat."
وبالإسناد الأول إلى ابن أبي شيبة، ثنا حميد بن عبد الرحمن، عن حسن يعني بن صالح ، عن عبد العزيز بن رفيع قال : «كَانَ أُبَيُّ بْنُ كَعْبٍ له يُصَلِّي بِالنَّاسِ فِي رَمَضَانَ عِشْرِينَ رَكْعَةً (1) .
Dan dengan sanad yang sama hingga Ibnu Abi Syaibah, dari Hamid bin Abdurrahman, dari Hasan—yaitu Ibn Shalih—dari Abdul Aziz bin Rafi‘, ia berkata:
"Ubay bin Ka‘b biasa mengimami orang-orang dalam shalat di bulan Ramadan dengan dua puluh rakaat."
وبه إلى وكيع، عن نافع قال : «كَانَ ابْنُ أَبِي مُلَيْكَةَ يُصَلِّي بِنَا فِي رَمَضَانَ عِشْرِين (۲) (۳) .
Dan dengan sanad yang sama hingga Waki‘, dari Nafi‘, ia berkata:
"Ibnu Abi Mulaykah biasa mengimami kami dalam shalat di bulan Ramadan dengan dua puluh rakaat."
وروى ابن أبي شيبة في مصنفه»، ثنا وكيع، عن سفيان، عن أبي إسحاق، عن عبد الله بن قيس، عن شُتَيرِ بنِ شَكَلٍ : أَنَّهُ كَانَ يُصَلِّي فِي رَمَضَانَ عِشْرِينَ رَكْعَةً وَالوِتْرَ (٤) .
Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan dalam Al-Mushannaf, dari Waki‘, dari Sufyan, dari Abu Ishaq, dari Abdullah bin Qais, dari Shutayr bin Shakal:
"Bahwa ia biasa shalat di bulan Ramadan dengan dua puluh rakaat, ditambah witir."
وعن غندر، عن شعبة، عن خلف عن ربيع - وأثنى عليه خيراً ـ، عن أبي البَحْتَرِي : «أَنَّهُ يُصَلِّي خَمْسَ تَرْوِيحَاتٍ فِي رَمَضَانَ، وَيُوتِرُ بِثَلَاثٍ (٥) .
Dan dari Ghundar, dari Syu‘bah, dari Khalf, dari Rabi‘—dan ia memujinya dengan kebaikan—dari Abu al-Bakhtari:
"Bahwa ia biasa shalat lima tarwihat (yaitu dua puluh rakaat) di bulan Ramadan, dan berwitir dengan tiga rakaat."
وعن ابن نمير، عن عبد الملك، عن عطاء قال : «أَدْرَكْتُ النَّاسَ وَهُمْ (٦) يُصَلُّونَ ثَلَاثًا وَعِشْرِينَ رَكْعَةٌ بِالوِتْرِ) (7) .
Dan dari Ibnu Numayr, dari Abdul Malik, dari ‘Atha’, ia berkata:
"Aku mendapati orang-orang shalat sebanyak dua puluh tiga rakaat dengan witir."
وعن الفضل بن دكين عن سعيد بن أبي عبيد : أَنَّ عَلِيَّ بْنَ رَبِيعَةَ كَانَ يُصَلِّي بِهِمْ فِي رَمَضَانَ خَمْسَ تَرْوِيْحَاتٍ، وَيُوتِرُ بِثَلَاثٍ ) .
Dan dari Al-Fadl bin Dukayn, dari Sa‘id bin Abi ‘Ubayd:
"Bahwa Ali bin Rabi‘ah biasa mengimami mereka dalam shalat di bulan Ramadan dengan lima tarwihat (yaitu dua puluh rakaat) dan berwitir dengan tiga rakaat."
وروى سعيد بن منصور في مصنفه»، عن هشيم، أنا يونس بن عبيد، قال : شَهِدْتُ النَّاسَ بِالبَصْرَةِ قَبْلَ فِتْنَةِ ابْنِ الْأَشْعَثِ، [٤٦ / ب] وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي بَكْرَةَ - صَاحِبِ رَسُولَ الله ﷺ - يَؤُمُّهُمْ فِي شَهْرِ رَمَضَانَ، وَسَعِيدُ بْنُ أَبِي الحَسَنِ، وَعَمْرُانُ العَبْدِيُّ، فَكَانُوا يُصَلُّونَ خَمْسَ تَرْوِيْحَاتٍ، وَكَانُوا لَا يَقْنُتُونَ (١) إِلَّا فِي النِّصْفِ الثَّانِي، وَكَانُوا يَخْتِمُونَ القُرْآنَ مَرَّتَيْنِ (۲) ، قوله : يَخْتِمُونَ القُرْآنَ مَرَّتَيْنِ»، يعني في الشهر .
Sa‘id bin Mansur meriwayatkan dalam Al-Mushannaf, dari Hushaym, dari Yunus bin ‘Ubayd, ia berkata:
"Aku menyaksikan orang-orang di Basrah sebelum fitnah Ibnu al-Ash‘ath, ketika Abdurrahman bin Abi Bakrah—sahabat Rasulullah ﷺ—mengimami mereka dalam shalat di bulan Ramadan, bersama Sa‘id bin Abi al-Hasan dan ‘Imran al-‘Abdi. Mereka biasa shalat lima tarwihat (yaitu dua puluh rakaat), dan mereka tidak berqunut kecuali di paruh kedua. Mereka juga biasa mengkhatamkan Al-Qur’an dua kali."
Maksud dari "mengkhatamkan Al-Qur’an dua kali" adalah dalam satu bulan Ramadan.
وروى سعيد بن منصور أيضاً، عن أبي معاوية، ثنا حجاج، عن أبي إسحاق، عن الحارث : «أَنَّهُ كَانَ يَؤُمُّ قَوْمَهُ فِي شَهْرِ رَمَضَانَ بِاللَّيْلِ عِشْرِيْنَ رَكْعَةً، وَيُوتِرُ بِثَلَاثٍ، وَيَقْنُتُ قَبْلَ الرُّكُوعِ (۳)، وكذا رواه ابن أبي شيبة.
Dan Sa‘id bin Mansur juga meriwayatkan, dari Abu Ma‘awiyah, dari Hajjaj, dari Abu Ishaq, dari al-Harits:
"Bahwa ia biasa mengimami kaumnya di bulan Ramadan pada malam hari dengan dua puluh rakaat, berwitir dengan tiga rakaat, dan berqunut sebelum ruku‘."
Riwayat ini juga sama seperti yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah.
فانظر هذه الآثار العظيمة، كلها على عشرين، مع الرواية الصحيحة عن السائب بن يزيد .
Oleh karena itu, perhatikanlah bahwa semua riwayat agung ini menunjukkan jumlah dua puluh rakaat, sejalan dengan riwayat yang sahih dari As-Sa'ib bin Yazid.
فالرواية عن السائب إذا صحت :
. إما مرجوحة؛ لكثرة الرواة بخلافها .
. وإما محمولة على ما قاله ابن حبيب أنها كانت في أول الأمر، ثم ترجع إلى ثلاث وعشرين، فهذا هو الذي استقر عليه الأمر .
Jika riwayat dari As-Sa'ib bin Yazid sahih, maka:
Bisa dianggap lemah (marjuh) karena banyaknya para perawi yang menyebutkan riwayat yang berbeda.
Atau bisa ditafsirkan sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Habib bahwa riwayat tersebut berlaku pada awalnya, kemudian jumlah rakaat kembali menjadi dua puluh tiga, dan inilah yang akhirnya menjadi amalan yang tetap.
وقول مالك في مختصر ما ليس في المختصر : الذي يأخذ بنفسي»، إلى آخره، ليس نفياً للثلاث والعشرين، وإنَّما قَصَد: الذي جمع عليه عُمَرُ، كما دل عليه أول كلامه، وعبر عنه بإحدى عشرة؛ لأنها إحدى الروايتين وقَصَد بجملة كلامه إلى استكراه ما نشأ عليه فوجده بالمدينة من التسع والثلاثين، وقال: «لا أدري من أحدث هذا الركوع الكثير»، ومع ذلك أخذ به ونهى عن تركه لأنه وجد الناس عليه .
Sedangkan pendapat Imam Malik dalam Mukhtasar Ma Laysa fi al-Mukhtasar: "Yang aku pegang dalam hal ini..." dan seterusnya, bukanlah penolakan terhadap jumlah dua puluh tiga rakaat, tetapi yang dimaksud adalah jumlah yang dikumpulkan oleh Umar, sebagaimana yang dijelaskan dalam awal perkataannya. Ia menyebutkan sebelas rakaat karena itu adalah salah satu dari dua riwayat. Dengan keseluruhan pernyataannya, ia bermaksud mengkritik apa yang ia temui di Madinah, yaitu amalan 39 rakaat, dan berkata: "Aku tidak tahu siapa yang memulai banyaknya ruku' ini." Namun demikian, ia tetap mengikuti dan melarang meninggalkannya karena ia melihat bahwa itulah amalan yang dilakukan oleh banyak orang.
أما الثلاث والعشرون - مع العلم بأنها عن عمر - فمعاذ الله أن يرغب عنها مالك، أو أن يأخذ بنفسه غيرها، وهو من أشد الناس اتباعاً لعمر . فإذا رأينا شخصاً في هذا الزمان أخذ بإحدى عشرة في حق نفسه، لم تنكر عليه في فعله ؛ لأن ذلك من النوافل، من شاء زاد ومن شاء نقص أو ترك، لكنا نحذره من الرغبة عما فعله عمر أو اعتقاد أنه ليس من السُّنَّة ؛ لأنَّ في ذلك إزراء عليه وعلى سائر الصحابة، وعلى السلف والخلف .
Adapun dua puluh tiga rakaat—yang diketahui bahwa itu berasal dari Sidna Umar—maka tidak mungkin bagi Imam Malik untuk menolaknya atau berpegang pada pendapat yang berbeda, karena beliau adalah salah seorang yang paling kuat mengikuti Umar. Jika kita melihat seseorang di zaman ini melaksanakan sebelas rakaat untuk dirinya sendiri, maka kita tidak akan mengingkari perbuatannya, karena itu termasuk dalam kategori sunnah, yang mana seseorang boleh menambah, mengurangi, atau meninggalkan sesuai kehendaknya. Namun, kita harus memperingatkan orang tersebut untuk tidak meninggalkan apa yang dilakukan oleh Umar atau berkeyakinan bahwa itu bukan bagian dari sunnah, karena hal tersebut akan merendahkan Umar, para sahabat, serta para salaf dan khalaf.
وأما إذا أراد شخص أن يأخذ بذلك في المساجد العامة، ويغير ما عليه العمل من ثلاث وعشرين إلى إحدى عشرة منعناه وأخذنا على يديه، ونسبناه إلى الجهل بآثار السلف والبدعة لمجانبته سنة الخلفاء الراشدين .
Adapun jika seseorang ingin melaksanakan hal tersebut di masjid-masjid umum, dan mengganti apa yang telah menjadi amalan (shalat tarawih + witir) dua puluh tiga rakaat menjadi sebelas rakaat, maka kami akan melarangnya dan menghentikan tindakannya. Kami akan menganggapnya sebagai orang yang tidak mengetahui jejak-jejak salaf dan sebagai pengikut bid'ah karena menjauhi sunnah Khulafaur Rasyidin.
وأنا أعذر من فتح عينيه ولم يسمع إلا حديث عائشة : «أَنَّهُ ﷺ مَا زَادَ عَلَى إِحْدَى عَشَرَةَ، » إذا استشكل ما عليه الناس إذا طلب له دليلاً، أما بعد سماع هذه الآثار والعلم بأن ذلك شعار [١/٤٧] جميع الأمصار في جميع الأعصار، فلا عذر.
Aku bisa memaklumi orang yang membuka kedua matanya dan hanya mendengar hadits Aisyah: "Bahwa Rasulullah ﷺ tidak menambah lebih dari sebelas rakaat," jika ia merasa musykil/bingung dengan amalan yang dilakukan oleh orang banyak dan mencari dalil untuk itu. Namun, setelah mendengar semua riwayat ini dan mengetahui bahwa amalan tersebut adalah syiar yang diterapkan lintas kota dan masa, maka tidak ada alasan lagi untuk mengingkarinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar