Minggu, 11 Februari 2024

لا اله الا الله NAFI DALAM KALIMAT لا اله الا الله Apa mak



Apa makna Laa ilaaha ( tidak ada tuhan) yang dinafikan ( ditiadakan ) dalam kalimat tauhid لا اله الا الله??

Dalam kitab Kasyifatus Saja karangan Imam Nawawi Bantani halaman 68, beliau menukil pendapat Imam Sanusi dan Imam Al Yuusi bahwa yang dinafikan adalah tuhan yang disembah secara haq menurut keyakinan orang-orang yang menyembah berhala, matahari, dan bulan.

Tuhan yang disembah secara batil memiliki wujud zat di dunia nyata ini dan wujud di dalam hati orang mukmin dengan keyakinan bahwa tuhan yang disembah itu seperti berhala, matahari, dan lain lain adalah batil, tapi wujud

di dalam hati orang kafir dengan sifat keyakinan bahwa perkara perkara yang disembah itu adalah haq.

Dengan demikian, tuhan yang disembah selain Allah yang zat-zat tuhan tersebut wujud di dunia nyata tidak dinafikan karena yang namanya zat-zat itu tidak dapat dinafikan.

Begitu juga, tidak dinafikan adalah tuhan yang disembah selain Allah seperti berhala, matahari, bulan, dan lain lain dari segi wujudnya perkara tersebut di hati orang mukmin dengan keyakinan kalau Tuhan tersebut merupakan suatu kebatilan karena adanya tuhan -tuhan tersebut sebagai

sesembahan yang batil merupakan hal yang nyata yang tidak dapat dinafikan, karena apabila dapat dinafikan maka orang mukmin itu tadi tergolong orang yang bohong.

Adapun yang dinafikan adalah perkara yang selain Allah dari segi wujudnya perkara tersebut di dalam hati orang kafir dengan sifat keyakinan kalau perkara itu merupakan zat-zat yang disembah secara haq menurut orang kafir itu sendiri.

Istisna dalam kalimah " لا اله الا الله" adalah istisna muttasil. Begitu juga, yang dinafikan dalam kalimat لا اله الا الله bukanlah zat yang disembah secara bathil menurut hati orang kafir, karena menurut orang kafir, zat yang ia sembah secara bathil itu adalah Allah ta’ala. 

Dengan demikian makna tidak ada tuhan dalam kalimah " لا اله الا الله" adalah tuhan yang disembah secara haq menurut orang kafir selain Allah.

Tujuan dari penjelasan ini adalah untuk menolak iktikad orang yang mengatakan ada syirkah pada masalah ketuhanan 

و الله اعلم بالصواب





Kamis, 08 Februari 2024

LIMA PULUH WAKTU ATAU LIMA PULUH SHALAT??



Oleh: Tgk Dailami

Sering kita mendengar cerita pada momen peringatan isra mi'raj tentang perintah kewajiban shalat pada malam isra mikraj mulanya adalah 50 waktu, kemudian Nabi Muhammad bolak balik kepada Allah meminta keringanan menjadi 5 waktu.

Sebelum kita bahas the point, ada baiknya kita menyimak sebuah hadis riwayat Imam Bukhari dan Muslim tentang malaikat Jibril yang mengajarkan Nabi Muhammad tentang waktu-waktu shalat.

أمني جبريل عليه السلام عند البيت مرتين، فصلى بي الظهر حين زالت الشمس، وكانت قدر الشراك، وصلى بي العصر حين كان ظله مثله، وصلى بي المغرب حين أفطر الصائم، وصلى بي العشاء حين غاب الشفق، وصلى بي الفجر حين حرم الطعام والشراب على الصائم، فلما كان الغد صلى بي الظهر حين كان ظله مثله، وصلى بي العصر حين كان ظله مثليه، وصلى بي المغرب حين أفطر الصائم، وصلى بي العشاء إلى ثلث الليل، وصلى بي الفجر فأسفر ثم التفت إلي فقال: «يا محمد، هذا وقت الأنبياء من قبلك، والوقت ما بين هذين الوقتين

Artinya: Jibril  mengimamiku di sisi Baitullah dua kali. Dia shalat Zhuhur bersamaku tatkala matahari tergelincir (condong) ke barat sepanjang tali sandal, kemudian shalat Ashar denganku tatkala panjang bayangan suatu benda sama dengannya, lalu shalat Maghrib bersamaku tatkala orang yang berpuasa berbuka, kemudian shalat Isya bersamaku tatkala syafaq merah telah hilang, dan shalat Shubuh bersamaku tatkala orang yang berpuasa dilarang makan dan minum. Maka keesokan harinya, dia shalat Zhuhur bersamaku tatkala bayangan suatu benda sama dengannya, lalu shalat Ashar bersamaku tatkala bayangan suatu benda sepanjang dua kali benda itu, kemudian shalat Maghrib bersamaku tatkala orang yang berpuasa berbuka, lalu shalat Isya bersamaku hingga sepertiga malam, dan shalat Shubuh bersamaku tatkala waktu pagi mulai bercahaya. Kemudian Jibril menoleh kapadaku seraya berkata; 'Wahai Muhammad, inilah waktu shalat para nabi sebelum kamu, dan jarak waktu untuk shalat adalah antara dua waktu ini'.

Dari keterangan hadis ini bisa kita pahami bahwa waktu-waktu shalat semenjak para Nabi terdahulu selama sehari semalam (24 jam) adalah 5 waktu sesuai durasi masing-masing seperti yang tersebut dalam hadis diatas.

Selanjutnya apa yang diperintahkan oleh Allah pada malam tersebut?

Penjelasan mengenai hal ini bisa kita dapat secara jelas dan terang benderang dalam kitab Hasyiyah Bajuri pada bab ahkam shalat halaman 118.

Dalam kitab Al-Bajuri yang ditulis oleh Syaikh Ibrahim al Bajuri, beliau menukil sekaligus menjelaskan sebuah hadis tentang israk Mikraj yang hubungan dengan shalat yang Allah wajibkan pada malam isra kepada Rasulullah, hadisnya singkatnya yaitu  :

فرض الله علي و على امتى خمسين صلاة فلم ازل اراجعه ان اسئاله التخفيف حتى جعلها خمسا. 
 
Artinya: Allah mewajibkan kepadaku pada malam isra limapuluh shalat. Maka aku kembali untuk meminta keringanan hingga Allah menjadikan lima shalat. 

Penjelasan Selanjutnya:

فكان فى وقت الصبح عشر صلوات و فى وقت الظهر كذلك و هكذا و نسخت بمراجعته صلى الله عليه و سلم حتى صارت خمسا.

Artinya: Maka pada waktu shubuh 10 shalat, pada waktu Zhuhur juga demikian dan seterusnya. 
Dan dibatalkan ( 50 shalat ) dengan sebab permintaan Nabi hingga menjadi 5 shalat. 

Dari teks diatas dapat kita pahami bahwa perintah kewajiban shalat pada malam tersebut adalah 10 shalat pada waktu subuh,10 shalat pada waktu zhuhur, 10 shalat pada waktu asar, 10 shalat pada waktu magrib, dan10 shalat pada waktu isya, maka jumlah seluruh nya 50 shalat dalam 5 waktu, bukan 50 waktu.

Gambarannya seperti ini, jika shalat zuhur 4 rakaat, setelah salam pada rakaat keempat berarti kita baru menunaikan satu shalat, lalu shalat tersebut diulang lagi sampai 10 kali, begitu juga shalat asar dan lainnya, hingga sampai 50 shalat, seperti inilah gambaran 50 shalat dalam hadis isra mikraj tersebut dalam penjelasan kitab Bajuri.

Jadi sangat jauh perbedaan pemahaman antara perintah shalat dalam 50 waktu dengan perintah 50 shalat tetapi dalam 5 waktu.

Waktu-waktu  shalat itu memang sedari dulu sudah 5 waktu dengan lama durasi masing-masing berbeda. 

Maka kita kenal waktu shalat misal  waktu shubuh adalah shalat nabi adam, dhuhur adalah shalat Nabi Ibrahim, asar adalah shalat Nabi Yunus, Magrib Adalah Shalat Nabi Isa, dan Isya adalah Waktu shalat Nabi Musa, dan lainnya. 

Tapi para Nabi dahulu juga ada yang shalat pada satu waktu dan ada juga yang shalat dua waktu

Logikanya begini: kalau seandainya dipahami 50 waktu shalat, maka setiap 28 menit sekali selama 24 jam  kita harus shalat karena masuk waktu shalat. Ini berarti kita tidak ada punya waktu untuk kerja dan istirahat, apalagi istirahat malam. Ini rasanya mustahil sanggup dilaksanakan oleh  hambanya ( bukan para Nabi dan Rasul) karena pasti tidak akan sanggup. Sekarang saja satu kali shalat dalam 1 waktu masih banyak yang tidak sanggup, apalagi 10 kali dalam satu waktu.

Dan kalau dipahami 50 shalat dalam 5 waktu, walaupun berat tapi tidak mustahil untuk bisa dikerjakan, artinya 10 kali shalat tersebut jika menghabiskan waktu satu jam masih mungkin kita laksanakan, dan masih ada waktu tersisa untuk bekerja dan istirahat.

Tapi alhamdulillah dengan kemurahan Allah akhirnya yang diwajibkan bukan 10 kali shalat dalam satu waktu, tapi 1 kali shalat dalam 1 waktu atau 5 kali shalat dalam 5 waktu..

Langsa , 7 Februari 2024.