Selasa, 28 Maret 2023

POSISI KETIKA TALQIN JENAZAH


Ketika kita mengantar jenazah ke kuburan, diantara pengantar ada satu orang yang akan mentalqin jenazah, ketika jenazah sudah dikuburkan, lalu bagaimana sebenarnya posisi orang yang mentalqin jenazah?

Posisi orang yang mentalqin adalah *duduk* di depan kepala mayit sambil menghadap pada wajahnya. Posisi ini dianjurkan agar lebih bisa memperdengarkan bacaan talqin pada mayit. Anjuran ini berlaku baik pada mayit laki-laki maupun mayit perempuan.

Sedangkan bagi jamaah pengantar lainnya  disunnahkan untuk *berdiri*..

يسن ان يقف جماعة بعد دفنه عند قبره

 ساعة يسالون له التثبيت، لانه صلى الله عليه و سلم كان اذا فرغ من دفن الميت وقف عليه و قال استغفروا لاخيكم واسالوا له التثبيت فانه الان يسال..........و يقعد الملقن عند راس القبر

( Mughni Muhtaj ila Ma'rifati ma'ani alfazhi minhaji, Khatib Syarbini, Juzuk 2, hal 84 )

Jumat, 24 Maret 2023

RESIKO TAQLID SEBUAH MAZHAB TANPA FIKIH MAZHAB ( Kajian Niat Puasa Ramadhan)


Di dalam hasyiyah Qalyubi jilid 2 hal 52 disebutkan:

و يندب ان ينوى اول ليلة صوم شهر رمضان او صوم رمضان كله لينفعه تقليد الامام مالك فى يوم نسي النية فيه مثلا لانها عنده تكفي لجميع الشهر

Artinya: Disunahkan pada malam pertama bulan Ramadhan untuk niat berpuasa sebulan penuh supaya mengambil manfaat pendapat Imam Malik pada suatu hari yang lupa untuk berniat di dalamnya. Karena beliau menganggap niat tersebut mencukupi bila lupa niat pada malam-malam berikutnya di semua malam Ramadhan.

Di dalam kitab Fathul Mu'in jilid 2 halaman 221 disebutkan: 

فلو نوى اول ليلة رمضان صوم جميعه لم يكف لغير اليوم الاول
قال شيخنا لكن ينبغى ذلك ليحصل له صوم اليوم الذى نسي النية فيه عند مالك كما تسن له اول اليوم الذى نسيها فيه ليحصل له صومه عند ابى حنيفة.
وواضح ان محله ان قلد، والا كان ملتبسا بعبادة فاسدة في اعتقاده.

Artinya: Jika niat pada awal malam Ramadhan untuk puasa sekalian m Ramadhan ( sebulan penuh ) maka tidak memadai niat tersebut untuk selain hari pertama. 
Tetapi guru kita ( Ibnu Hajar ) mengatakan sepatutnya demikian (niat puasa sebulan penuh) supaya mendapatkan puasa pada hari yang ia lupa niat menurut mazhab Malik sebagaimana disunnahkan  ( niat puasa ) pada awal hari ( sebelum zhuhur ) pada hari yang lupa niat pada malamnya supaya mendapatkan puasa menurut mazhab Abi Hanifah.
Dan yang jelas sesungguh tempatnya ( mendapatkan puasa ) jika ia taqlid, jika tidak taqlid maka ia melakukan ibadah yang fasid ( rusak ) dalam keyakinan nya.

Di dalam kitan I'anathuthalibin jilid 2 halaman 221 disebutkan:

قوله وواضح ان محله اى حصول الصوم له بذلك. وقوله ان قلد اى الامام مالكا فى النية اول ليلة من رمضان او الامام ابا حنيفة فى النية اول النهار ان نسيها ليلا
قوله و الا اى وان لم يقلد من ذكر بل صام بالنية المذكورة فى الصورة الاولى و الثانية من غير تقليد كان ملتبسا بعبادة فاسدة اى وهو حرام

Artinya: Dan yang jelas sesungguhnya tempat mendapatkan puasa jika ia taqlid Imam Malik pada niat awal malam Ramadhan atau taqlid Imam Abi Hanifah pada niat permulaan hari ( sebelum zhuhur) jika lupa niat pada malam. 
Jika ia tidak taqlid bahkan berpuasa dengan yang telah disebutkan pada kasus pertama dan kedua tanpa taqlid maka ia melakukan ibadah yang fasid dan itu hukumnya haram.

Dari referensi-referensi di atas dapat disimpulkan bahwa disunnahkan untuk niat sebulan penuh pada malam pertama Ramadhan dan niat pada pagi hari atau sebelum zhuhur jika lupa niat pada malam hari supaya kita tetap mendapatkan puasa pada hari itu tanpa qadha.

Akan tetapi kita jangan lupa bahwa ketika kita taqlid kepada mazhab lain, kita mesti tahu atau paham tatacara ibadah puasa dalam mazhab lain agar kita bisa menjaga ibadah kita dari hal-hal yang membatalkan puasa dalam mazhab lain.

Jika kita paham tatacara puasa suatu mazhab, mungkin tak ada
masalah bagi kita untuk taqlid kepada mazhab tertentu.

Masalahnya adalah ketika kita tidak paham tatacara puasa mazhab lain bisa berakibat kita terjerumus kedalam talfiq ( memcampur adukkan ) ibadah dengan mengambil yang mudah-mudah saja dalam ibadah, dan hal itu dilarang bahkan haram.

Dan masalahnya juga kita tidak ada referensi yang utuh baik itu kitab atau ulama mazhab lain karena di Indonesia kita mayoritas mazhab Syafi’i 

Selama kita belum paham betul, sangat beresiko kita sembarangan berpindah-pindah mazhab, kebolehan berpindah mazhab harus kita pahami adalah untuk kalangan orang-orang yang sudah paham teknisnya, bukan untuk kalangan awam.

Maka solusi sebagai sikap hati-hati ( احتياط ) yaitu kita tetap berpuasa sesuai patron mazhab Imam Syafi’i, yaitu jika kita lupa niat pada malam hari, kita tetap wajib melakukan aimsak ( berpuasa ) pada hari tersebut, dan tetap wajib mengqadha puasa yang lupa niat setelah Ramadhan.
Semoga bermanfaat. 

و الله اعلم بالصواب