Satu hal yang sering dialami para Jamaah Jumat adalah tertidur saat khatib sedang berceramah, kalau tertidur pasti hilang kesadaran, dalam kondisi tidak sadar seperti ini apakah tidak batal wudhuknya? bukankah salah satu hal yang membatalkan wudhuk adalah hilang akal seperti tidur.
Untuk memudahkan kita khususnya pengikut mazhab Syafi’i untuk mengetahui dan memahami batal atau tidaknya wudhuk kita jika tertidur, salah seorang ulama kotemporer Mazhab Syafi’i bernama Habib Hasan bin Ahmad dalam kitab التقريرات السديدة فى المسائل المفيدة
merincikan syarat2nya.
شروط النوم الذي لا ينقض الوضوء أربعة: أن يكون ممكنا مقعدته من الأرض بأن تكون مقعدته (فتحة الدبر) ملتصقة بالأرض بحيث لا يمكن خروج الريح.
أن يكون معتدل الخلقة أي ليس مفرطا في البدانة و لا في النحول
أن سيتيقظ على الحالة التي نام عليها
أن لا يخبره عدل بخروج ريح منه أثناء نومه.
Syarat tidur yang tidak membatalkan wudhu ada empat:
1. Dia tertidur dalam keadaan tetap duduknya yang mana dubur nya menempel ke bumi sekira-kira tidak bisa keluar angin ( kentut )
2. Dia bertubuh sedang artinya dia tidak terlalu gemuk tidak pula tidak terlalu kurus.
3. Dia harus bangun dari tidurnya tersebut dalam keadaan posisi dia pertama kali tidur.
4. Tidak ada orang yang adil yang memberitahukan padanya bahwasanya dia ketika tidur tadi mengeluarkan angin kentut.
Kalau ada orang adil yang memberitahukannya maka dianggap batal wudhuknya.